Sering Dikritik Semasa Kecil, Ini Dia Ciri-cirinya
Setajam-tajam pisau masih lebih tajam lidah. Mungkin beberapa dari kita pernah mendengar pepatah itu. Atau fitnah lebih kejam dari pembunuhan. Tetapi kita tidak akan membahas fitnah, kita akan bahas tentang kata-kata yang bisa menyakiti. Ya, kata-kata bisa menyakiti. Apalagi jika dalam bentuk kritikan yang konstan yang diperoleh pada masa pertumbuhan. Terus menerus dikritik saat masih anak-anak akan membentuk perilaku tertentu saat dewasa. Begini ciri orang yang terlalu sering dikritik semasa kecil.
Perfeksionis
Terlalu sering dikritik akan membuat seseorang menetapkan standar tinggi untuk mereka sendiri. Tujuannya untuk menghindari kritik yang mereka terima di masa kanak-kanak. Perfesionisme mereka tidak hanya di lingkup pekerjaan saja tapi juga sampai hubungan personal. Mereka terus mengejar standar yang sulit dicapai.
Mereka percaya kalau mereka melakukan apapun sesempurna mungkin, mereka akan terbebas dari celaan yang sering diterima saat anak-anak. Tapi ini adalah siklus yang merugikan diri sendiri. Tidak ada seorangpun yang sempurna dan meraih kemenangan setiap waktu.
Terlalu Berlebihan Ketika Minta Maaf
Orang yang terlalu sering dikritik akan membangun kebiasaan minta maaf terlalu sering, bahkan kadang untuk sesuatu yang tidak perlu. Ini adalah cara mereka untuk memperbaiki, menjaga ketenangan dan menghindari konflik yang mungkin muncul atau menghindari penilaian.
Sulit Mengambil Keputusan
Keputusan besar maupun kecil bisa jadi hal yang menakutkan. Ketakutan mengambil pilihan yang salah dan mengundang kritikan membuatnya penuh keragu-raguan. Perilaku ini tidak hanya terjadi saat harus melakukan keputusan besar. Hal-hal kecil dalam hidup sehari-hari, misal baju apa yang akan dipakai, mau makan apa saat di restauran.
Sulit Menerima Pujian
Orang yang dibesarkan dengan kritikan justru akan bingung ketika mendapat pujian. Mereka bahkan akan merasa tidak nyaman. Ini karena mereka terbiasa mendengar komentar negatif dan tidak tahu bagaimana caranya bereaksi dengan komentar positif. Ketika memperoleh pujian, reaksi mereka bisa-bisa malah curiga ada motif lain di balik itu.
Terlalu Defensif
Ketika kritik menjadi bagian saat seseorang tumbuh, ia akan membentuk mekanisme pertahanan diri yang kuat. Mereka merasa perlu untuk membenarkan tindakan dan keputusan mereka secara terus menerus, bahkan ketika mereka tidak sedang dikritik. Terus menerus bersikap defensif akan sangat melelahkan dan bisa menghalangi pengembangan diri.
Merasa Dirinya Tidak Memadai
Tumbuh besar dengan selalu mendapat kritikan bisa meninggalkan luka emosional yang dalam. Salah satunya adalah merasa diri kurang memadai. Seberapapun prestasi yang dicapai, mereka tidak akan merasa cukup. Mereka selalu dibayang-bayangi kritikan yang mereka terima di masa lalu.
Menghindari Konfrontasi
Konfrontasi bisa menjadi sumber ketidaknyaman dan kecemasan bagi orang yang sering dikritik semasa kecil. Begitu takutnya membuat orang lain tidak senang dan mengundang kritikan, jadi lebih memilih diam. Hanya saja menghindari konfrontasi tidak membuat masalah hilang. Ini hanya akan menunda saja.
Sangat Sensitif Terhadap Kritikan
Karena terlalu sering disalahkan sedari kecil, seseorang akan sangat sensitif terhadap kritikan. Tidak peduli itu kritik yang membangun dan bertujuan baik, ia akan merasa diserang.
Merasa Harus Selalu Menyenangkan Orang Lain
Keinginan untuk menghindari kritikan membuat seseorang berbuat apa saja untuk membuat orang lain senang. Bahkan sampai mengorbankan diri sendiri. Dengan mempriotitaskan orang lain, mereka bisa terlepas dari kritikan yang mereka takuti. Bersikap seperti ini akan menimbulkan rasa benci dan kelelahan emosi.
Penulis: Ara
Editor/redaktur: Rizky/Wara
Sumber: Lucas Graham, People who were overly criticized growing up usually display these 9 behaviors (without realizing it), diakses 18/2/2024 dari geediting.com
Baca : https://lensa44.com/jangan-toleransi-perilaku-pasangan-yang-seperti-ini/