Lensa Jogja

PTMA Miliki Kontribusi Kembangkan Ilmu dan Peradaban

Amin Abdullah, seorang filsuf, ilmuwan, pakar hermeneutika dan cendekiawan muslim Indonesia, mengatakan bahwa krisis kebudayaan Islam yang terjadi pada abad ke-12 hingga 13 silam menjadi penyebab kemunduran peradaban Islam.

Menurutnya, sejarah itu seharusnya bisa menjadi contoh tentang pengembangan yang dilakukan secara signifikan di ranah keilmuan dan kebudayaan, sehingga dapat memicu majunya sebuah peradaban.

“Pada masa dinasti Abbasyiyah, peradaban Islam mengalami kemajuan yang tidak lain disebabkan oleh perkembangan ilmu pengetahuan berupa kolaborasi dari seluruh ilmuwan pada saat itu, sekaligus perkembangan budaya berupa keterbukaan pemikiran, toleransi dan kesetaraan,” jelas Amin saat menjadi pembicara dalam acara Pengajian Ramadan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Selasa (4/4) sore.

Pada masa sekarang, kata dia, mulai muncul minat untuk membangkitkan kembali tujuan sosial dari didirikannya pendidikan perguruan tinggi, termasuk Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah (PTMA).

Sejauh ini, PTMA sudah memberikan kontribusi yang nyata dalam pengembangan ilmu dan peradaban, sebagai salah satu institusi yang dapat menjadi sumber pengembangan keilmuan.

Hal serupa tidak hanya terjadi di kalangan Islam, melainkan dunia Barat seperti Eropa dan Amerika pun kembali menggaungkan kampanye ‘re-emerging interest in the social purpose of higher education’.

Guru besar ilmu filsafat itu juga menyampaikan, unsur-unsur yang telah dan akan selalu dipenuhi oleh PTMA dalam mengamalkan tujuan sosial dari perguruan tinggi demi menjaga pengembangan ilmu dan peradaban.

“Yang pertama adalah civic rules atau peran-peran sosial yang dimiliki oleh dosen dan karyawan dari PTMA di seluruh Indonesia. Dengan begitu, sekaligus dapat mengenalkan ide-ide kemajuan, kesetaraan dan kejujuran dari Muhammadiyah kepada seluruh lapisan masyarakat,” ungkapnya.

Lebih lanjut, untuk dapat mencapai peradaban keilmuwan maka kita harus bisa meninggalkan cara berfikir yang egois dan sempit, dengan menjadi karakter yang lebih terbuka.

“Pendidikan tinggi itu sudah berada di tingkat paling atas. Namun, jika output yang dihasilkan itu turun derajatnya dan berpikiran rendah, maka apa artinya kita mendirikan PTMA jika alumninya berpikiran rendah dan sempit,” ujar Amin.

Selain kontribusi di bidang sosial, bidang sains pun menjadi fokus utama dari PTMA. Amin menilai bahwa sains menjadi bidang yang penting, karena berbagai data dalam keilmuan ekonomi, sebuah negara tidak bisa jika hanya bergantung kepada sumber daya alam.

“Karena berdasarkan data, 60% dari tingkat kemisikinan di seluruh dunia justru berasal dari negara-negara dengan SDA yang melimpah. Dari keresahan ini, saya kira jika Muhammadiyah melalui PTMA berijtihad untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, akan menjadi sumbangan yang sangat besar,” terangnya.

Amin pun menegaskan bahwa sumber daya baik berupa dana maupun infrastruktur untuk riset dan pengembangan harus diperbarui.

“Kalau ingin mengembalikan peradaban Islam yang berkemajuan, kita harus fokus mengembangkan dana riset untuk menunjang penelitian ke depannya,” pungkasnya. (ID/L44)

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *