Korsel dan AS Selesaikan Rencana Strategi Nuklir, Siap Beroperasi Tahun 2024
Korea Selatan (Korsel) dan Amerika Serikat (AS) secara resmi telah bersepakat untuk menyelesaikan penetapan pedoman perencanaan strategi nuklir.
Hal itu mereka rundingkan dalam sebuah pertemuan pada Jumat (15/12). Perundingan dilakukan untuk membahas cara pencegahan dan perlawanan ancaman dari Korea Utara (Korut) yang semakin meningkat.
Melansir dari Yonhap, Sabtu (16/12), Kim Tae Ho, Wakil Utama Penasihat Keamanan Nasional Seoul menyatakan pengoperasian strategi nuklir itu akan diresmikan pada pertengahan tahun 2024 mendatang.
“(Kedua belah pihak) sepakat untuk menyelesaikan pedoman mengenai perencanaan dan pengoperasian strategi nuklir pada pertengahan tahun depan,” kata Kim Tae Ho.
“Dengan kata lain, (kami) sepakat untuk menyelesaikan keseluruhan pedoman tentang cara mencegah dan merespons ancaman Korea Utara tahun depan.” Lanjutnya.
Ia juga menjelaskan pedoman itu mencakup berbagai isu. Mengenai pembagian informasi nuklir, pembentukan sistem keamanan, prosedur konsultasi krisis nuklir, pengoperasian komunikasi tingkat pemimpin secara langsung. Serta rencana konkrit untuk mengelola krisis dan pengurangan risiko dari serangan nuklir Korea Utara.
“Meskipun sangat sulit menghalangi ancaman nuklir dan rudal Korea Utara, (sekutu) akan mampu mengambil tindakan respons yang segera, luar biasa, dan tegas jika terjadi serangan nuklir Korea Utara,” ungkap Kim Tae Ho.
Dari rencana kerja itu, Korsel dan AS berencana membangun sistem pencegahan nuklir yang diperluas sekitar bulan Juni tahun 2024 mendatang. Hal itu termasuk AS menggunakan seluruh kemampuan militernya, termasuk nuklir yang dimiliknya, untuk membantu Korea Selatan.
Manfaatkan Asset Militer Korsel
Sementara itu, Kelompok Konsultatif Nuklir (NCG) masih berupaya memanfaatkan asset militer dari Korea Selatan untuk mendukung operasi nuklir Amerika dalam mencapai jalan keluar pencegahan serangan dari musuh.
Seperti yang diketahui, Korea Selatan dan Korea Utara hingga saat ini masih berkonflik dengan jeda gencatan senjata dari kedua belah pihak.
Meski masih dalam posisi gencatan senjata, akhir-akhir ini konflik keduanya itu terus memanas. Bulan lalu, Pyeongyang berhasil meluncurkan satelit pengintaian militer. Bahkan, pihak rezim Kim juga sering meluncurkan rudal balistik dengan dalih uji coba ataupun latihan militer. Hal itu tentu menambah ketegangan di antara keduanya.
Selain itu, yang masih menjadi ancaman besar bagi Seoul yaitu senjata nuklir yang sering digembor-gemborkan oleh Korea Utara.
Dengan itu, Korea Selatan, bersama sekutunya, Amerika Serikat, berupaya melakukan berbagai strategi untuk menangani masalah tersebut.
Penulis: Chumaida
Editor/redaktur: Rizky/Wara