Cegah Kasus Pelanggaran Keimigrasian, Kanim Jogja Luncurkan Sedulur Mas Karyo
Banyaknya kasus pelanggaran keimigrasian terutama overstay atau orang asing yang melebihi masa izin tinggal di Indonesia khususnya Yogyakarta, menjadi perhatian khusus Kantor Imigrasi Kelas 1 TPI Yogyakarta. Hal itulah yang melandasi Kanim Jogja untuk meluncurkan aplikasi monitoring ‘Sedulur Mas Karyo’, Rabu Pagi (1/12).
Langkah ini diambil lantaran kanim Jogja merasa memiliki tanggung jawab untuk mengedukasi kampus, agar selalu melakukan input data keberadaan mahasiswa asing dan meningkatkan kesadaran diri mahasiswa asing untuk melaporkan kondisinya. Aplikasi ‘Sedulur Mas Karyo’ juga bisa diakses dan bersinergi dengan penegak hukum, dalam hal ini Tim Pengawasan Orang Asing (TIMPORA).
“Aplikasi ini sudah kami launching 2 bulan lalu, soft launching di UGM, dan mendapatkan dukungan dari wakil gubernur, wakapolda, BIN dan kampus kampus di Yogyakarta,” ungkap Andry Indrady, Kepala Kantor Imigrasi Kelas I TPI Yogyakarta.
Andri Indrady menambahkan aplikasi ini merupakan inovasi kearifan lokal dengan mengadopsi filosofi ‘selendang sutra’ dari Sri Sultan Hamengkubuwono X, yang memiliki arti merangkul pendatang asing dalam hal ini pelajar, agar memiliki kedekatan dengan Kantor Imigrasi.
Dalam acara sosialisasi aplikasi ‘Sedulur Mas Karyo’ yang dihadiri sejumlah mahasiswa asing dari berbagai kampus di Yogyakarta, dipaparkan beberapa negara yang sering melakukan pelanggaran keimigrasian oleh mahasiswa asing. Di antaranya negara Kamboja, Jepang, Malaysia, Sudan, dan Timor Leste.
Presiden mahasiswa asing di Indonesia, Hussein Gibreel Musa asal Sudan, mengaku sangat senang dengan adanya aplikasi ‘Sedulur Mas Karyo’, hal ini mempermudah mahasiswa asing dalam mengurus izin tinggal. Hussein mengungkapkan sebelum ada aplikasi ini, teman-teman mahasiswa asing sering lupa mengurus izin tinggal sehingga overstay.
“Platform ini ada warna-warna kalau Kartu Ijin Tinggal Terbatas (KITAS) kita akan habis, seperti merah dan kuning. Saya terima kasih kepada imigrasi Jogja terkait hal ini, dulu kawan mahasiswa asing sering mendapat laporan secara tiba-tiba KITAS habis. Kalau ada platform ini jadi lebih mudah,” ujar Hussein.
Saat ini sudah ada 12 universitas di Yogyakarta yang sudah menjalin kerjasama dengan Kanim Jogja dalam menjalankan aplikasi ‘Sedulur Mas Karyo’. Ke depannya aplikasi ini akan dikembangkan lebih luas mencakup segmentasi investor asing. (CSI/L44)