Lensa Jogja

Anggota Polisi di Kulon Progo Inisiasi Penggunaan Pestisida Berbahan Beras


Di sela kesibukan sebagai anggota polri, Bripka Agus Gutama, anggota Polres Kulon Progo sekaligus Bhabinkamtibmas di Banjarharjo, Kalibawang, Kulon Progo, masih menyempatkan waktu membantu petani membuat pestisida alami berbahan baku beras.

Hal itu, dilakukannya di tengah mahalnya harga pestisida kimia, agen hayati penangkal hama ini jauh lebih hemat dan efektif meningkatkan produktivitas tanaman terutama padi.

lokasinya yang berada di daerah pelosok dan jauh dari perkotaan, tugas sebagai Bhabinkamtibmas membuat Bripka Agus Gutama harus menyatu dengan masyarakat dengan berbagai persoalan yang ada. Warga yang mayoritas berprofesi sebagai petani itu, sudah sejak beberapa bulan lalu, terkendala dengan produktivitas padi mereka yang semakin menurun.

Tak hanya karena serangan hama, harga pupuk kimia yang terus melambung menjadi salah satu faktor penyebabnya. Berawal dari keprihatinannya itulah, ia kemudian berupaya membantu petani menciptakan pupuk yang murah, berbahan alami dan ramah lingkungan, yakni beras.

Diawali dengan mencari informasi tentang alternatif penangkal hama yang bersifat non kimia di Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kalibawang, munculah ide pemanfaatan salah satu agen hayati yakni Beauvaria Bassiana. Beauvaria Bassiana merupakan salah satu cendawan atau jamur yang menguntungkan bagi berbagai tanaman.

Cendawan memiliki kemampuan untuk menginfeksi beragam serangga, yang menjadi hama tanaman tanpa menyebabkan penyakit tanaman atau merusak produk hasil pertanian. Setelah dilakukan beberapa kali uji coba, hasilnya 95% Beauvaria Bassiana itu, sangat baik dalam penanganan hama-hama tanaman milik para petani.
Ilmu berharga itu kemudian ditularkan kepada masyarakat. Hampir setiap pekan, Agus turun ke persawahan, menyambangi kelompok-kelompok tani, lalu mengajari mereka membuat sendiri agen hayati, sebagai alternatif pengganti pestisida kimia.

Layaknya seorang guru, Agus pun menjelaskan secara detail bagaimana langkah memproduksi pestisida alami tersebut, serta alat-alat yang dibutuhkan.

“bahanya sangat mudah, yaitu beras. Hanyaberas saja. Beras dibersihkan, kemudian dikukus selama 10 menit dan didinginkan. Setelah itu, dipindah ke kantong plastik setengah kilogram dengan diisi sepertiganya saja. Kemudian dilipat-lipat, diisolasi, dan dikukus lagi selama setengah jam. Kemudian, hasilnya dicampur dengan stater jamur di dalam media bernama incase. Setelah bercampur, masih harus didiamkan selama 10-15 hari,” jelas Agus, Sabtu (18/6).


Upaya yang dilakukan Agus untuk membantu para petani lepas dari ketergantungan pestisida kimia, akhirnya membuahkan hasil. Salah satunya bagi bagi Suranto, petani dari kelompok tani Margo Basuki, di Dusun Salam, Banjarharjo.

Penggunaan agen hayati ini, selain lebih aman dibandingkan pestisida kimia, beras produksi petani pun dirasa lebih enak. Selain itu, dari segi biaya, penggunaan agen hayati ini juga lebih ramah di kantong.

“Tidak ada risiko, tidak ada efek samping, jadi lebih bermanfaat keuntungannya,” kata Suranto, salah satu petani.


Sejauh ini sudah ada 7 kelompok tani di Banjarharjo yang telah beralih menggunakan agen hayati berkat program pelatihan tersebut. Diharapkan, dengan penggunaan agen hayati ini, para petani tidak lagi kesulitan dalam meningkatkan produktivitas pertanian mereka dan mengurangi ketergantungan petani dengan pupuk kimia yang harganya terus melambung. (SA/L44)

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *