HeadlineLensa Terkini

Kata FKM UI Soal Penelitian Gagal Ginjal, Diduga Masalah Nutrisi

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menggandeng sejumlah pakar kesehatan dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), untuk melakukan pendalaman terkait kasus gagal ginjal di Indonesia.

“Saya berbicara dalam pertemuan ini, mengajak semua pihak untuk melihat secara open minded mengenai penyebab kasus ini dan mari bersama-sama dalam posisi yang sama untuk menyelesaikan kasus ini,” kata Penny dalam keterangannya, dikutip pada Sabtu (29/10).

Selain dengan beberapa pakar dari FKM UI, urusan ini juga melibatkan campur tangan dari pihak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), guna melakukan perbandingan antara pasien anak yang terpapar Etilen Glikol (ET) dan Dietilen Glikol (DEG) dengan yang tidak terpapar.

Iwan Iriawan, pakar dari FKM UI, menargetkan bahwa proses perbandingan untuk dapat mengidentifikasi penyebab utama kasus gagal ginjal itu akan rampung setidaknya dalam kurun waktu satu bulan.

Kemudian, Epidemiolog UI Pandu Riono juga menambahkan, bahwa perlu ada pengembangan metode dalam kasus ini, selain hanya melakukan pengujian sampling pada obat yang beredar.

“Perlu juga dengan menguji sejauh mana dampak dari konsumsi produk tersebut,” kata Pandu.

Sementara itu,  Dekan Fakultas Farmasi UI, Arry Yanuar, menduga bahwa penyebab munculnya kasus gagal ginjal akut boleh jadi berasal dari tidak maksimalnya penggunaan atau pemurnian zat Etilen Glikol (ET) dan Dietilen Glikol (DEG) dalam obat.

“Masalah nutrisi, yaitu kekurangan B1 dan B6 yang membuat EG melalui proses yang tidak wajar menjadi asam oksalat. Disamping dugaan lain yaitu mengenai pemurnian yang kurang pada Polietilen Glikol yang menyebabkan adanya jumlah EG yang besar di dalam tubuh,” terangnya.

Di samping itu, ia juga mengimbau agar masyarakat perlu diberi edukasi tentang bagaimana membeli obat dengan hati-hati. Sebab menurutnya, EG jika terkonsumsi bisa terurai menjadi metabolit lainnya, prosesnya sangat cepat dalam tubuh dan oleh karena itu perlu pemantauan 3-8 jam. (AKM/L44)

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *