Lensa JogjaLensa Wisata

Mengulik Masjid Kuno Kagungan Dalem Yogyakarta di Jejeran

Yogyakarta dikenal memiliki berbagai keistimewaan, salah satunya yang utama adalah tentang adat budayanya.

Di kota ini, budaya Islam menjadi sangat kental dan kuat yang mendampingi budaya Jawa yang ada. Dari sekian banyak bukti fisik peleburan budaya Islam dan Jawa yang ada di Yogyakarta, salah satunya adalah Masjid Kagungan Dalem Jejeran di Jejeran, Pleret, Bantul atau yang lebih dikenal dengan sebutan Masjid Mi’roojul-Muttaqiinalloh.

Berdiri sejak zaman pemerintahan Sultan Hamengku Buwono III pada akhir abad-16, keberadaan masjid kagungan dalem ini sekaligus menjadi salah satu bukti kekuatan budaya Islam di Kerajaan Mataram Islam di masa lampau.

Hal itu tampak jelas dalam berbagai bentuk ornamen dan situs budaya yang dimiliki. Posisi masjid berada hampir di tengah-tengah dusun dan memiliki arsitektur khas Jawa klasik.

Meski sempat mengalami beberapa perubahan, tapi itu tidak menghilangkan arsitektur asli di mana memiliki ciri khas Kraton Yogyakarta, baik dari warna, bentuk bangunan dan suasana yang ada meski kini terkesan lebih modern.

Kesan modern dalam perubahan arsitektur masjid ini, terlihat pada perubahan ketinggian saka guru yang masih asli dinaikkan setinggi 2 meter, dengan harapan kubah bagian utama masjid lebih tinggi ketimbang bagian serambi.

Aslam Ridho, selaku takmir Masjid Kagungan Dalem Jejeran, mengungkapkan bahwa masjid kagungan dalem ini merupakan salah satu dari masjid-masjid yang didirikan dan dikelola oleh Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat sebagai jaringan pengembangan pembinaan keagamaan dalam perjalanan sejarah Kraton Mataram selain Masjid Patok Negoro.

“Keraton pada saat itu melalui masjid-masjid, (yaitu) lima masjid Patok Negoro yang ada di Jogja, ini tak terpisahkan karena memang bagian dari sistem pengembangan pembinaan keagamaan,” kata dia.

Umumnya, masjid kagungan dalem berbentuk bangunan limasan berstruktur atap tajuk tumpang bertingkat. Bangunan masjid ditopang dengan empat pilar utama (saka guru) dan rangkaian pilar-pilar kecil lain yang disusun secara teratur.

Karena sudah berusia ratusan tahun, banyak peninggalan bernilai sejarah yang disimpan dan hanya beberapa di antaranya tetap difungsikan, seperti jam bancet penanda waktu sholat, jam kuno berbentuk almari lonceng bandul, mimbar kayu buatan tahun 1331, cungkup masjid khas kraton, ruang pemisah jamaah putra dan putri yang disebut pawestren, bedug dan kentongan, hingga  kolam pembilas kaki di area tempat wudhu.

Dalam pengelolaannya, Masjid Kagungan Dalem Jejeran ini diurus oleh empat orang marbot khusus yang dilantik secara resmi oleh pihak keraton Yogyakarta. (JACK/L44)

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *