Lensa Manca

Krisis Ekonomi Memburuk, Sri Lanka Kini Hadapi Krisis Pasokan Obat.

Krisis ekonomi yang kian memburuk memberikan imbas besar terhadap suplai obat di negara Sri Lanka.

Melansir theguardian, Rabu (6/4), Asosiasi Pejabat Medis Pemerintah (GMOA), mengadakan pertemuan dan menyatakan bahwa terjadi krisis medis, setelah dokter serta sejumlah rumah sakit melaporkan kekurangan obat-obatan.

Saat ini, Sri Lanka sedang mengalami krisis ekonomi terburuk yang pernah terjadi, dengan inflasi tinggi yang menyebabkan beberapa sektor menurun dan memburuk.

Warga pun melayangkan protes dan menyuruh Gotabaya Rajapaksa, Presiden Sri Lanka, mundur dari jabatannya.

Kekurangan cadangan mata uang asing, menyebabkan Sri Lanka tidak dapat membeli dan mengimpor obat-obatan dari luar negeri. Padahal, lebih dari 85% produk obat negara diimpor dan dibayar dengan dollar AS. Apabila tidak adanya cadangan mata uang asing, maka negara tidak dapat membayar obat-obatan pula.

Kamar Industri Farmasi Sri Lanka (SLCPI), bulan lalu telah mengingatkan, bahwa 5% obat-obatan di Sri Lanka sudah habis, dan akan muncul kemungkinan buruk di bulan berikutnya.

“Baik pemerintah dan kementerian kesehatan telah gagal mencegah kerusakan total sistem medis,” tuduh GMOA.

Kekurangan obat yang terjadi, diperburuk oleh pajak yang rendah, yang mana pendapatan negara tidak banyak dan sedikit uang yang dihabiskan untuk memperbaiki sistem kesehatan di sana.

Ravindra Rannan Eliya, Direktur Eksekutif dari Institute for Health Policy, mengatakan bahwa situasi sistem kesehatan semakin memburuk selama enam bulan terakhir, tanpa ada perubahan yang jelas.

Keadaan diperparah dengan mundurnya 41 legislator dan Menteri Keuangan, yang baru ditunjuk dalam 24 jam, dari kursi pemerintahan pada Senin, (4/4). (YC/L44)

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *