Lensa Manca

Jadi yang Pertama, Varian Omricon Ditemukan di Belgia

Kasus pertama COVID-19 varian Omricon terdeteksi di Belgia. Varian yang berasal dari Botswana, Afrika Selatan tersebut membuat Belgia menjadi negara di Eropa yang terkena varian B.1.1.529 tersebut.

Pihak berwenang setempat menuturkan bahwa kasus COVID-19 varian Botswana itu menjangkit seorang perempuan dewasa yang belum divaksinasi. Pasien tersebut baru tiba dari Mesir melalui Turki.

Setelah 11 hari kembali, ia mengalami gejala ringan seperti flu. Pasien tersebut kemudian melakukan tes dan dinyatakan positif COVID-19 pada Senin (22/11) lalu. Sementara itu, keluarga pasien disebut tidak mengalami gejala, namun sedang menunggu hasil tes.

Menyikapi hal tersebut, pemerintah Belgia telah menyiapkan sejumlah langkah untuk mengantisipasi gelombang keempat COVID-19.

“Ini adalah varian yang mencurigakan. Kami tidak tahu apakah itu varian yang sangat berbahaya,” ujar Frank Vandenbroucke, Menteri Kesehatan Belgia, dikutip dari Reuters pada Sabtu (27/10).

Alexander De Croo, Perdana Menteri Belgia, mengumumkan bahwa klub malam, bar, serta restoran harus tutup pukul 11 malam. Kapasitas tempat tersebut juga dibatasi maksimal enam orang per meja selama tiga minggu ke depan.

Mirisnya, varian baru ini muncul ketika Belgia dan negara Eropa lainnya sedang berjuang melawan lonjakan infeksi COVID-19.

“Jika kita tidak memiliki tingkat vaksinasi yang tinggi hari ini, kita akan berada dalam situasi yang benar-benar drastis,” ujar De Croo.

Sebelumnya, pemerintah Belgia telah menerapkan kebijakan untuk mengatasi penyebaran COVID-19, termasuk menegaskan penggunaan masker dan menerapkan sistem kerja dari rumah. Tidak hanya itu, pesta dan pertemuan pribadi juga dilarang, kecuali untuk pernikahan atau pemakaman.

Belgia merupakan rumah bagi lembaga-lembaga Uni Eropa dan markas besar NATO. Para Menteri Kesehatan negara itu akan bertemu hari ini, Sabtu (27/11) untuk membahas percepatan peluncuran dosis vaksin booster.

Belgia sendiri memiliki tingkat kematian akibat COVID-19 di bawah rata-rata Uni Eropa. 75 persen populasinya juga telah divaksinasi COVID-19.

Sebelumnya para ilmuwan di Afrika Selatan mendeteksi varian COVID-19 baru yang memiliki banyak mutasi yakni B.1.1529 yang kemudian diberi nama Omicron. Varian COVID-19 satu ini disebut lebih menular karena lebih mudah menginfeksi sel manusia.

Omicron memiliki setidaknya 10 mutasi. Jumlah tersebut lebih banyak dibandingkan dengan dua mutasi untuk varian Delta dan tiga mutasi untuk varian Beta. (DY/L44)

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *