HeadlineLensa Terkini

Amnesty Indonesia Desak Pemerintah Bentuk TGPF, Usut Tragedi Kanjuruhan

Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia, Usman Hamid, menilai tragedi Kanjuruhan sebagai peristiwa kemanusiaan menyeramkan sekaligus memilukan. Pasalnya, selain merenggut ratusan nyawa, anak-anak dan perempuan turut pula menjadi korban.

Tak berbeda dengan yang lainnya, Usman menilai salah satu penyebab tragedi nahas ini terjadi, adalah pengerahan aparat yang dinilai berlebihan. Ia pun menuntut agar pihak terkait mengusut tuntas kasus ini.

Bahkan, menurutnya, pemerintah perlu membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF), sebagai tim yang selalu dikerahkan untuk menyelidiki kasus-kasus hak asasi manusia.

“Bila perlu, bentuk segera Tim Gabungan Pencari Fakta. Tragedi ini mengingatkan kita pada tragedi sepak bola serupa di Peru tahun 1964 di mana saat itu lebih dari 300 orang tewas akibat tembakan gas air mata yang diarahkan polisi ke kerumunan massa lalu membuat ratusan penonton berdesak-desakan dan mengalami kekurangan oksigen,” kata Usman dalam keterangan resminya, dikutip pada Senin (3/10).

Usman menjelaskan bahwa seharusnya Indonesia bisa terhindar dari tragedi ini apabila mereka memahami aturan penggunaan gas air mata.

Aparat yang bertugas itu, kata Usman, memang harus menjalankan tugasnya untuk menjaga keamanan. Namun, juga perlu dibarengi dengan pemahaman bahwa setiap warga negara memiliki hak untuk hidup, meskipun jika mereka adalah provokator dalam tragedi ini.

Banyaknya kasus yang melibatkan aparat kepolisian dipandang Usman sebagai cobaan yang berat bagi institusi pimpinan Listyo Sigit Prabowo itu. Sehingga mereka harus terus berjuang untuk membuktikan tugas dan baktinya kepada masyarakat.

“Akuntabilitas negara benar-benar diuji dalam kasus ini. Oleh karena itu, kami mendesak negara untuk menyelidiki secara menyeluruh, transparan dan independen atas dugaan penggunaan kekuatan berlebihan yang dilakukan oleh aparat keamanan serta mengevaluasi prosedur keamanan dalam acara yang melibatkan ribuan orang,” tegasnya.

Sebagaimana diketahui, tragedi Kanjuruhan dipicu oleh beberapa oknum suporter yang nekat turun ke lapangan. Mereka menghampiri para pemain setelah Arema FC ditaklukkan oleh Persebaya di rumah sendiri.

Setelahnya, aparat yang berjaga berusaha mengamankan mereka. Namun, banyaknya suporter lain yang ikut turun ke lapangan membuat aparat mengambil tindakan dengan menembakkan gas air mata.

Sayangnya, aparat tak hanya mengarahkan tembakan gas air mata ke lapangan, melainkan juga ke tribun penonton. Ini membuat mereka yang ada di tribun panik dan berhamburan menyelamatkan diri. (AKM/L44)

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *