Lensa Kuliner

Filosofis Dibalik Sate Lilit Khas Bali, Pemersatu Masyarakat Bali

Pulau Bali merupakan salah satu tujuan destinasi wisata bagi pengunjung lokal maupun asing. Terkenal dengan keindahan alam dan kebudayaan masyarakatnya yang sangat kental, Pulau Dewata ini juga sering disebut sebagai primadona pariwisata Indonesia yang sudah terkenal di seluruh dunia.

Sebagai tempat tujuan wisata yang lengkap dan terpadu, Bali memiliki banyak sekali tempat wisata menarik, antara lain Pantai Kuta, Pura Tanah Lot, Garuda Wisnu Kencana (GWK), Pantai Lovina dengan Lumba Lumbanya, Pura Besakih, Uluwatu, Ubud dan masih banyak yang lainnya.

Tak hanya terkenal dengan keindahan alamnya, Pulau Bali juga terkenal di bidang kuliner. Salah satu kuliner yang wajib sahabat lensa44 coba adalah Sate Lilit. Cita rasa sate lilit khas Bali memang selalu menggugah selera. Rasa gurih daging yang menyatu dengan bumbu khasnya dan sedikit pedas, sate lilit sangat cocok dipadukan dengan nasi hangat.

Awal mula sate lilit ini terbuat dari daging babi atau ikan. Seiring berjalannya waktu, bahan dasar Sate Lilit ini mulai menggunakan daging sapi dan ayam. Hal ini dikarenakan banyaknya wisatawan yang ingin mencicipinya dan juga memenuhi kebutuhan wisatawan yang tidak bisa makan daging babi.

Sate Lilit ini berbeda dengan sate ayam atau kambing pada umumnya, yang menjadi pembeda adalah bumbu khasnya dan proses penataan daging yaitu dengan cara melilitkan daging pada tusuk satenya.

Diketahui, istilah “Lilit” dalam bahasa Bali dan Indonesia berarti “membungkus”, seperti wujud asli Sate Lilit yang memang dililitkan pada tusuk sate yang lebih tebal dan lebar dari sate biasanya, yang terbuat dari batang serai atau bambu.

Sate Lilit ini merupakan salah satu makanan yang digunakan sebagai sesaji dalam upacara adat di Bali. Hal ini dikarenakan kuliner ini mengandung filosofi tersembunyi. Dari daging lilitnya yang melambangkan masyarakat Bali dan tusuk satenya sebagai pemersatunya. Maksud dari filosofi ini adalah Sate Lilit ini menggambarkan masyarakat Bali yang selalu bersatu dan tidak akan bercerai-berai.

Selain itu Sate Lilit ini juga melambangkan kejantanan pria. Karena dalam upacara adat Bali, sate lilit selalau disajikan dalam jumlah yang banyak, sehingga banyak memerlukan tenaga laki-laki untuk membuatnya. Dari proses yang menguras tenaga dan dilakukan para pria inilah, kuliner ini memiliki makna filosofi yang kuat dalam kehidupan dan kejantanan pria.

Sahabat lensa44 tidak perlu khawatir, Sate Lilit ini bisa dinikmati di restoran-restoran tanpa harus menunggu adanya upacara adat. Sate Lilit ini dijual dengan harga yang cukup murah, yakni kisaran Rp40.000 – Rp50.000 per porsinya. Dengan harga yang ramah di kantong ini, sahabat lensa44 sudah bisa menikmati kuliner khas Pulau Bali. (EA/L44)

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *