HeadlineLensa Kesehatan

Waspada Virus Marburg di Afrika, Ini Gejala dan Pencegahannya

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI telah mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dengan virus Marburg, meski belum ada kasus yang dilaporkan di Indonesia.

Peringatan itu diumumkan, lantaran virus Marburg memiliki tingkat kematian yang tinggi. Virus ini ditularkan dari seseorang yang terinfeksi melalui darah, cairan tubuh hingga pakaian yang digunakan.

Virus Marburg mirip dengan Ebola yang pernah memakan banyak korban di Afrika. Penyakit ini seringkali berakibat fatal dan menyebabkan demam berdarah.

Sebagaimana Ebola, virus Marburg berasal dari kelelawar dan ditularkan ke manusia melalui kontak dekat dengan cairan tubuh atau permukaan yang terkontaminasi dari orang terinfeksi.

Dikutip dari laman The Telegraph, Senin (3/4), virus Marburg pertama kali dikenali pada tahun 1967, ketika wabah demam berdarah terjadi secara bersamaan di laboratorium di Marburg dan Frankfurt, di Jerman dan di Beograd, Yugoslavia (sekarang Serbia).

Setelah ditelusuri, infeksi ini berasal dari tiga laboratorium yang menerima monyet hijau Afrika yang terinfeksi. Setidaknya 31 orang tertular infeksi dan 7 diyakini telah meninggal. Orang yang terinfeksi itu telah diteliti dan diketahui telah terpapar virus monyet hijau Afrika.

Sejak saat itu, virus ini banyak dikaitkan dengan hewan-hewan lain. Menurut laporan, diketahui bahwa ada delapan wabah berikutnya yang melibatkan infeksi ini, termasuk wabah yang sedang berlangsung di Guinea.

Negara lain yang sebelumnya terkena virus ini adalah Angola, Kongo, Kenya, Afrika Selatan, dan Uganda. Ini terjadi secara alami dan disebarkan oleh kelelawar.

Gejala dari virus ini sendiri meliputi demam tinggi, sakit kepala, kelelahan, nyeri otot hingga diare. Sementara gejala berat berupa pendarahan dapat terjadi pada hari ke 5-7, pendarahan ini terjadi di hidung, gusi, alat kemaluan, saat muntah darah dan buang air besar.

Dijelaskan oleh Kemenkes, masa inkubasi dari virus ini bersifat variatif antar individu. Namun pada umumnya, masa inkubasi gejala terjadi 2-21 hari setelah terpapar.

Kemenkes mengungkapkan, ada sejumlah cara yang bisa dilakukan untuk mencegah paparan virus Marburg, antara lain:

• Mengurangi kontak dengan kelelawar buah pembawa virus Marburg

• Konsumsi daging yang sudah dimasak matang

• Menghindari kontak dengan seseorang yang terinfeksi

• Bagi petugas kesehatan, terapkan pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI)

• Mencuci tangan secara rutin

• Menunda perjalanan ke wilayah yang saat ini sedang terjadi wabah. (APA/L44)

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *