Lensa Jogja

Viral Kisah Perjuangan Mahasiswa UNY Bayar UKT hingga Meninggal Dunia

Baru-baru ini di Twitter tengah ramai dengan kisah perjuangan seorang mahasiswi Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), yang disebut kesulitan bayar Uang Kuliah Tunggal (UKT) hingga akhirnya meninggal dunia.

Kisah itu dibagikan oleh akun Twitter @rgantas, pada Rabu (11/1). Dalam pantauan Lensa44 pada Jumat (12/1), utas tersebut kini sudah dicuit ulang sebanyak 13rb kali dan disukai lebih dari 44rb kali.

Dalam utasnya, Ganta panjang menceritakan sosok temannya bernama Riska, yang diketahui kesulitan membayar UKT selama kuliah. Namun, ia mengaku tak bisa menjelaskan secara langsung, lantaran mahasiswi Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial UNY angkatan 2020 itu, telah wafat pada 9 Maret 2022 lalu.

“Dia mahasiswi angkatan 2020 yang terkendala UKT, tidak bisa bayar UKT,” tulis Ganta.

Ganta melanjutkan, Riska yang datang dari desa terpencil di Purbalingga menuju Yogyakarta itu memiliki tekad gigih untuk melanjutkan kuliah. Ia diketahui kuliah dengan nominal UKT mahasiswa UNY yang melampaui kapasitas keuangan pembayarnya.

“Ia sudah mengisi nominal pendapatan yang sesuai dengan kondisi ekonominya. Tetapi, saat diminta meng-upload beberapa berkas, ia tidak punya laptop. Sehingga ia meminjam hp tetangganya di desa,” jelasnya.

Dikarenakan ponsel milik tetangganya pun yang kurang canggih, Riska gagal mengunggah berkas-berkas yang diminta untuk mendukung penentuan UKT. Menurutnya, kala itu, hal tersebutlah yang menjadi alasan mengapa nominal UKT-nya melonjak.

Berkat bantuan guru-gurunya di sekolah dulu, UKT semester pertama terbayarkan dan Riska bisa menjadi mahasiswa UNY.

Riska lantas mencoba segala cara demi bisa membayar UKT semester selanjutnya, termasuk dengan cara bekerja paruh waktu.

Ganta mengaku sempat membantu Riska untuk pengajuan penurunan UKT. Saat itu, pengajuan diterima dan nominalnya berkurang Rp600 ribu. Detik-detik akhir deatline pembayaran UKT semester ll, bantuan datang dari patungan rekan-rekan, Dosen Pembimbing Akademik (DPA) hingga Kepala Jurusan.

Karena belum cukup, Riska dan orang tuanya mencari sisanya dengan berhutang di saat ekonomi keluarga kian sulit akibat badai pandemi Covid-19. UKT semester itu pun terlunasi.

Setelahnya, Ganta mengaku tak mendengar kabar darinya lagi. Namun, ada dua informasi yang ia terima, pertama, Riska mungkin sudah menyerah dan kedua, Riska mungkin sedang mengambil cuti untuk bekerja, yang penghasilannya akan ia gunakan untuk membayar kuliah.

Dari dua kemungkinan itu, kata Ganta, ia lebih meyakini yang kedua. Sayangnya, belum sampai Ganta bisa mendapat menjawab pertanyaan-pertanyaan di benaknya soal temannya itu, dia justru lebih dulu mendapat berita tidak mengenakkan.

“Selama ini dia mengidap hipertensi yang amat buruk. Ancaman putus kuliah kian memperburuk keadaannya. Setelah beberapa waktu tidak kuliah, tiba-tiba muncul kabar ia sedang kritis di RS. Pembuluh darah di otaknya pecah,” terangnya.

Riska pun akhirnya meninggal pada 9 Maret 2022. Baginya, Riska adalah korban dari kejamnya institusi dan sistem pendidikan di negeri ini lewat komersialisasi pendidikan. Dia melihat perjuangan dan kepergian Riska jadi alasan semua pihak untuk terus mengawasi tata kelola institusi besar seperti UNY.

Menanggapi hal tersebut, Rektor UNY Sumaryanto pun angkat bicara. Ia mengaku sedih mendengar kisah tersebut.

“Saya sedih, sangat berduka kalau sampai penyebabnya mahasiswa sampai tidak bisa bayar, sampai depresi, saya betul-betul sedih,” ucap Rektor UNY Sumaryanto.

Menurutnya, UNY memiliki komitmen untuk membantu mahasiswa yang mengalami kesulitan finansial.

“Jadi betul-betul kalau ada mahasiswa kesulitan uang, kalau bukan UNY yang membantu Sumaryanto, komitmennya seperti itu secara pribadi,” tegasnya. (SC/L44)

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *