Lensa JogjaLensa Terkini

Tujuh Pasangan Nikah di Atas Forklift

Ada yang unik dalam pernikahan massal di Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta. Ada tujuh pasangan pengantin menjalani prosesi pernikahan menggunakan media forklift hingga pemilihan beras 25 kilogram sebagai maharnya.

Pernikahan massal unik ini diselenggarakan oleh Forum Ta’aruf Indonesia (Fortais) di area pabrik plafon milik PT Indonesia Plafon (Indofon) Semesta di kawasan industri Salamrejo, Sentolo, Kulon Progo.

Kegiatan bertajuk Nikah Bareng Persatuan tersebut diikuti oleh tujuh pasang pengantin yang berasal dari berbagai daerah termasuk Kulon Progo, Bantul, Sleman, dan Gunungkidul. Peserta ada pula yang berasal dari Klaten, Jawa Tengah.

Salah satu pengantin Hendra Adi Wijaya asal Klaten mengaku ikut kegiatan ini karena ingin bisa segera menikahi kekasihnya Ayu Astuti yang berasal dari Nanggulan, Kulon Progo. Selain karena waktu yang mepet, pernikahan unik ini dipilih agar selalu terkenang dengan prosesi yang mereka jalani.

“Tentu sangat unik dan sangat istimewa, di mana baru pertama kali ada,” ujar Hendra.

Sebelum menjalani prosesi ijab kabul, para pengantin tersebut sebelumnya melakukan kirab dari Pasar Ngangkruk menuju lokasi ijab kabul yang berada di dalam gedung produksi pabrik.

Dalam kirab tersebut salah satu pasangan pengantin diangkut menggunakan forklift, kendaraan yang difungsikan untuk mengangkut barang. Sementara enam pasangan lainnya berjalan kaki sembari membawa aneka poster berisi dukungan untuk kedamaian Palestina dan semangat menyongsong Sumpah Pemuda.

Mas kawin yang dipilih dalam kegiatan ini pun tak kalah unik. Jika biasanya mahar berupa uang atau emas, kali ini adalah beras seberat 25 kg.

Ryan Budi Nuryanto selaku Panitia Nikah Bareng Persatuan mengungkapkan forklift digunakan sebagai sarana pernikahan karena memiliki filosofi bila mereka menikah, beban seberat apapun mereka akan bisa tanggung bersama. Sementara beras seberat 25 kilogram yang dipilih sebagai mas kawin utama pernikahan ini bermakna ketahanan pangan bagi masyarakat Indonesia.

“Harapan kami beras dan pangan ini bisa membantu kehidupan mereka sehari-hari. Jadi konsep ini unik dan pertama di dunia,” kata Ryan.

Sementara itu, Adit Setiawan, CEO PT Indofon Semesta mengatakan kegiatan ini digelar untuk menghindari perzinaan yang marak terjadi di luar sana.

“Terutama untuk menghindari zina. Karena saat ini di luar sana banyak hubungan tanpa status. Jadi kegiatan seperti ini tentu sangat membantu pemerintah karena memberikan fasilitas ini pemerintah terbantu dengan meminimalisir perzinaan di wilayah,” ungkap Adit.

Meski dikonsep secara unik nan nyeleneh, prosesi nikah massal ini tetap berlangsung khidmat. Kegiatan ini digelar untuk menyongsong Hari Sumpah Pemuda yang diperingati setiap 28 Oktober.

Sebelum prosesi ijab kabul dimulai pun setiap pengantin menyanyikan lagu Indonesia Raya, disusul pembacaan naskah Sumpah Pemuda dan doa untuk kedamaian Palestina serta kelancaran Pemilu 2024 mendatang.

Melalui kegiatan ini, diharapkan dapat membantu masyarakat yang kesulitan menggelar pernikahan karena terkendala biaya.

Selain bisa mengikuti pernikahan secara gratis, para pengantin yang ikut dalam kegiatan ini juga berkesempatan bisa bekerja di perusahaan tanpa melalui jalur tes seperti pada umumnya.

Penulis: Tim Liputan

Editor/redaktur: Rizky / Wara

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *