Lensa Wisata

Pesona Hoyak Tabuik Budaya Pariaman yang Digelar Setiap Tahun

Setiap daerah memiliki tradisi masing-masing untuk memperingati 1 Muharram. Seperti di Yogyakarta dengan tapa bisu berjalan mengelilingi benteng, di Solo dengan kirab kerbau piaraan keraton Solo. Nah di Kota Pariaman, 1 Muharram diperingati dengan tradisi bernama hoyak tabuik.

Menurut kisah yang diceritakan secara turun temurun, tradisi hoyak tabuik ini diperkirakan muncul sekitar tahun 1826-1828 Masehi. Saat itu, tradisi ini masih kental dengan pengaruh dari Timur Tengah yang dibawa oleh masyarakat keturunan India penganut Syiah. Baru pada tahun 1910, disepakati untuk menyesuaikan perayaan Tabuik dengan adat istiadat Minangkabau menjadi seperti yang ada hingga saat ini, sehingga berkembang menjadi seperti yang ada saat ini.

Mulai tahun 1982, perayaan tabuik dijadikan bagian dari kalender pariwisata Kabupaten Padang Pariaman. Karena itu terjadi berbagai penyesuaian salah satunya dalam hal waktu pelaksanaan acara puncak dari rangkaian tradisi tabuik ini. Jadi, meskipun prosesi tradisi awal tabuik tetap dimulai pada tanggal 1 Muharram, saat perayaan tahun baru Islam. Pelaksanaan acara setiap tahun bisa berubah-ubah.

Ini merupakan event atau kebudayaan khas kota Pariaman yang tidak pernah sepi tiap tahunnya, selain itu kebudayaan tabuik juga sebagai daya pikat wisatawan local maupun interlokal. Hal ini dibuktikan dengan hampir dua ratus ribu orang pengunjung setiap tahunnya untuk meramaikan tradisi di kota Pariaman tersebut.

Perayaan tabuik sendiri merupakan bagian dari peringatan meninggalnya cucu Nabi Muhammad SAW, Hussein bin Ali yang wafat Bersama keluarganya dalam perang di Padang Karbala.

Diceritakan, potongan jazad Hussein dimasukkan ke dalam kotak kayu dan diterbangkan ke langit oleh buraq. Berdasarkan cerita itu, dalam peringatan tabuik ini, masyarakat Pariaman membuat tiruan buraq yang sedang mengusung tabut di punggungnya.

Rangkaian tradisi tabuik di Pariaman terdiri dari tujuh tahapan tabuik, yaitu mengambil tanah, menebang batang pisang, mataam, mengarak jari-jari, mengarak sorban, tabuik naik pangkek, hoyak tabuik, dan membuang tabuik ke laut, tepatnya di Pantai Gandoriah.

Selain sebagai pemikat wisatawan, hoyak tabuik merupakan budaya masyarakat kota Pariaman, di mana para perantau asal Pariaman pulang kampung secara bersama-sama.

Penulis: Dewi Rindiyani Putri

Editor/redaktur: Rizky/Wara

Share