Lensa Jogja

Pertahankan Tradisi, Warga Mangunrejo Magelang Gaungkan Tedak Siten

Warga Nerangan, Desa Mangunrejo, Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, kembali mengadakan Tradisi Tedhak Siten.

Tedhak berarti turun dan sitèn artinya tanah. Kedua kata tersebut menghimpun makna rangkaian prosesi adat tradisional dari tanah Jawa, yang diselenggarakan saat pertama kali seorang anak belajar menginjakkan kaki ke tanah.

Tradisi ini biasanya dilakukan di saat anak berusia sekitar tujuh atau delapan bulan. Prosesi tedhak siten dimulai dengan menapaki tanah, kemudian menaiki tangga tradisional yang terbuat dari pohon tebu jenis arjuna, dan terakhir adalah menapaki jadah tujuh warna.

Ritual ini melambangkan harapan, agar anak memiliki sifat ksatria seperti Arjuna. Tebu dalam bahasa Jawa, juga merupakan singkatan dari “antebing kalbu” yang berarti kemantapan hati.

Prosesi selanjutnya, anak akan ditempatkan di dalam kurungan yang didalamnya terdapat sejumlah benda seperti buku, pensil, uang, alat pertukangan dan sebagainya.

Beberapa benda ini akan dipilih oleh sang anak. Masyarakat setempat mempercayai, bahwa benda yang dipilih akan menentukan profesi sang anak pada masa mendatang.

Digelar oleh Pemerintah Desa Mangunrejo dengan menggandeng panitia 20 tahun ruwat-rawat Borobudur, acara melestarikan kembali Tedhak Siten di desa ini, dikemas dalam tajuk ‘Bedah Tradisi Tedhak Siten’.

Pagelaran acara ini pun tak lepas dari peran seorang peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Ketua Paguyuban Masyarakat Pecinta Seni Budaya Borobudur.

“Acara ini mendapat perhatian besar dari masyarakat dan dihadiri tokoh desa mangunrejo serta para pemerhati budaya,” kata Novita Ssiwayanti, Peneliti BRIN.

Sementara menurut Nur Saefudin, salah satu tokoh masyarakat, bahwa Tedhak Siten harus terus dilestarikan karena merupakan budaya dan tradisi yang ada di tanah Jawa. (NNK/L44)

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *