Lensa Terkini

Mitos Pernikahan Gadis Sunda dan Lelaki Jawa Menurut Kacamata Ridwan Kamil

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, seolah memberi angin segar bagi muda-mudi yang berpasangan namun terhalang mitos turun termurun. Mitos tentang tidak bolehnya gadis Sunda menikah dengan laki-laki Jawa, sampai saat ini masih mengakar dan membuntuti setiap pasangan yang menjalin hubungan demikian.

Melalui utas di akun twitter pribadinya, Gubernur Jawa Barat yang akrab disapa Kang Emil ini, menceritakan keharmonisan hubungannya dengan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubowono X.

“Gadis sunda dilarang menikahi lelaki jawa? Itu hanya mitos yang diproduksi dalam menafsirkan peristiwa bersejarah perang bubat yang sudah jauh lewat dan memiliki multitafsir sejarah,” tulisnya, Rabu (8/12).

Kang Emil mengatakan bahwa Jawa Barat dan Yogyakarta terus menjalin keharmonisan dan membangun narasi persatuan. Ia mengaku saling kunjung mengunjungi dengan datang ke Yogyakarta, begitu juga sebaliknya dengan Sri Sultan Hamengkubowono X.

Tak hanya itu, Kang Emil juga merasa senang menjadi sopir yang berkesempatan menemani Sri Sultan Hamengkubowono X keliling Bandung dengan mobil listriknya, saat sedang berkunjung.

“Di tengah bisingnya ruang informasi bangsa ini dengan banyaknya tontonan pertengkaran di level elit dan akar rumput,” lanjut Kang Emil. “Kami saling muhibah kesenian dan kebudayaan”.

Ia kemudian juga menceritakan, bahwa semasa muda Sri Sultan Hamengkubowono kerap berkencan dengan Ratu Hemas di Bandung, sebab mengikuti sang ayah yang bertugas di sana.

Penamaan jalan pun, disebut oleh Kang Emil berkaitan dengan hubungan dua daerah istimewa ini. Seperti di Yogyakarta yang terdapat Jl. Pajajaran dan Jl. Siliwangi, di Bandung pun hadir Jl. Majapahit dan Jl. Hayam Wuruk.

“Banyak yang tidak tahu, jika Alun-alun Utara Jogjakarta salah satu pohon beringin yang bernama Wijayandaru adalah pohon yang bibitnya diambil dari Keraton Pajajaran,” katanya menambahkan.

Kemudian ia juga menyebut bahwa Tarian Bedhoyo Sapto yang diciptakan oleh Sri Sultan Hamengkubowono IX merupakan saduran dari Serat Pajajaran yang kemudian diekspresikan dalam sendra tari keraton Yogyakarta.

“Mari kedepankan narasi dan posting-posting yang membawa rasa persatuan dan perdamaian,” tutupnya. (AKM/L44)

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *