Lensa Jogja

Mengenalkan Aksara Lokal ke Dunia melalui Digitalisasi Aksara Nusantara

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai keberagaman budaya, termasuk bahasa dan aksara.

Berdasarkan data yang ditampilkan pada laman situs Laboratorium Kebinekaan Bahasa dan Sastra pada Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (BPPB), tercatat ada 718 bahasa daerah di tanah air dan 12 aksara daerah.

Ke-12 aksara lokal tersebut adalah aksara Jawa, Bali, Sunda Kuno, Bugis atau Lontara, Rejang, Lampung, Karo, Pakpak, Simalungun, Toba, Mandailing, dan Kerinci (Rencong atau Incung).

PANDI dan civitas akademika STMM Yogyakarta

Sayangnya, kekayaan budaya bahasa dan aksara tersebut perlahan-lahan hilang ditelan oleh pergerakan arus globalisasi yang tak bisa terhindarkan. Hal tersebut disampaikan langsung oleh Sudono, ketua panita dan dosen STMM Yogyakarta pada pembukaan Seminar Internasional, Workshop dan Exhibition Digitalisasi Aksara Non Latin, bertajuk “Reinventing Lost Heritages in Digital Society”, yang digelar oleh Sekolah Tinggi Multimedia (STMM) Yogyakarta dan Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI), pada Selasa (17/5).

“Sekarang banyak anak muda tidak bisa membaca Aksara lokal bahkan banyak dari mereka yang tidak tahu bahwa Indonesia punya Aksara lokal yang beragam,” kata Sudono.

Melengkapi pernyataan tersebut, Heru Nugroho, Wakil Ketua PANDI, menegaskan bahwa PANDI telah mengagas program yang bertujuan untuk mendigitalisasi Aksara Nusantara pada platform digital.

“Kami punya program yang namanya Merajut Indonesia melalui Digitalisasi Aksara Nusantara, kami ingin mengangkat kembali Aksara-aksara yang pernah ada di Nusantara ini,” jelasnya melalui jumpa pers.

Heru juga menambahkan, bahwa saat ini telah ada 3 Aksara lokal yang berhasil didigitalisasi, yaitu Aksara Jawa, Sunda dan Bali.

Pengunjung Pameran

Agung selaku anggota PANDI juga mempertegas bahwa aksara yang dimiliki Indonesia memiliki keunikan yang berbeda dengan negara lain, dan patut untuk dilestarikan serta dikenalkan kepada dunia.

“Bagaimana kita memartabatkan kembali aksara yang kita miliki, dengan standart internasional dan kesepakatan yang telah dibuat,” ungkapnya.

Kegiatan Seminar Internasional, Workshop dan Exhibition ini sendiri akan berlangsung mulai tanggal 17-22 Mei 2022. Di dalamnya terbagi menjadi beberapa kegiatan, yaitu Exhibition yang sudah dimulai dari hari ini, hingga 22 Mei 2022 mendatang, yang menampilkan berbagai karya seni kaligrafi Aksara lokal.

Kemudian ada kegiatan Seminar Internasional, yang mengundang berbagai pembicara dari luar maupun dalam negeri, yang akan dilaksanakan pada 20 Mei 2022.

Terakhir, ada workshop dengan tema “Mengembangkan Aksara Lokal” yang akan berlangsung pada tanggal 21 Mei.

Sudono melalui kegiatan tersebut berharap, bahwa Aksara lokal yang dimiliki Indonesia akan dikenal oleh kalangan muda hingga dunia.

“Harapannya, Aksara lokal tidak lagi dipandang sebelah mata oleh anak muda kita, dan Aksara lokal dapat bersaing dengan Aksara Latin maupun Arab. Harapannya juga melalui Seminar nanti, dapat kami gunakan sebagai ajang pengenalan Aksara non latin ke dunia,” jelasnya. (AB/L44)

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *