Lensa Manca

Korea Selatan Berikan Rp7,3 Juta per Bulan untuk Remaja yang Kesepian

Pemerintah Korea Selatan (Korsel) menawarkan tunjangan hidup sebesar 650 won atau setara dengan Rp7,3 per bulan, untuk anak-anak muda yang kesepian dan suka menyendiri.

Hal ini dilakukan untuk mendorong mereka agar bisa kembali bersosialisasi dan berbaur di lingkungan sekitarnya, di kehidupan bermasyarakat mapun di sekolah.

Melansir dari The Guardian, pada Senin (17/4) Kementerian Kesetaraan Gender dan Keluarga Korsel telah mengesahkan kebijakan tersebut pada pekan lalu, dengan tujuan untuk mendukung stabilitas psikologis dan emosional serta mendukung pertumbuhan yang sehat.

“Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mendukung stabilitas psikologis dan emosional serta pertumbuhan yang sehat,” ungkapnya.

Berdasarkan data laporan Institut Kesehatan dan Urusan Sosial Korsel, sekitar 3% masyarakat Korsel yang berusia 19-39 tahun menderita hikimori. Dengan kata lain, sekitar 338.000 orang di seluruh Korsel, atau sekitar 40% di Korsel memilih mengisolasi diri di masa remajanya. Hal ini pun membuat mereka sulit menjalani kehidupan yang normal.

Hikimori ini sendiri merupakan istilah Jepang yang menggambarkan kondisi anak muda yang lebih memilih menarik dari dunia pergaulan lebih dari jangka waktu yang lama. Jika istilah negara kita hal itu biasa disebut dengan orang-orang ‘nolep/no life’.

Mereka juga mengungkapkan beberapa faktor yang ikut berperan dengan adanya fenomena ini, yaitu termasuk masalah kesulitan uang, penyakit mental, masalah keluarga dan juga tantangan kesehatan.

Program tunjang biaya hidup ini, secara khusus diberikan kepada anak muda kesepian yang tertutup dan berusia 9-24 tahun yang tinggal di keluarga dengan penghasilan di bawah rata-rata pendapatan nasional Korea Selatan, atau sekitar 5,4 juta won (kurang lebih Rp61 juta) per bulan, untuk rumah tangga yang terdiri dari 4 orang.

Untuk masyarakat dengan kriteria usia tersebut, bisa mendaftarkan program ini melalui pusat kesejahteraan administratif setempat, seperti wali, konselor, atau guru dengan mengajukan permohonan atas nama mereka sendiri.

Sementara itu, tunjangan yang diberikan ini juga dapat digunakan oleh remaja yang menutup diri untuk biaya hidup, perlengkapan sekolah, biaya kursus sesuia minat dan bakat, atau bahkan juga bisa untuk prosedur kosmetik seperti perawatan wajah.

Laporan kementerian juga menjelaskan, bahwa remaja yang menutup diri dari kehidupan sosial dapat mengalami pertumbuhan fisik lebih lambat karena hidup yang tidak teratur dan nutrisi yang tidak seimbang.

“Kemungkinan besar mengalami kesulitan mental seperti depresi karena kehilangan peran sosial dan adaptasi yang tertunda,” jelas kementerian tersebut.

Selain itu, beberapa studi kasus menyebutkan termasuk salah satu mahasiswa yang mengalami masalah mental dan kesulitan bersosialisasi dan beradaptasi di kehidupan kampus, pada akhirnya memilih tidak berangkat kuliah dan menarik diri dari kehidupan sosial. (SC/L44)

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *