Lensa Jogja

Kisah Joko, Generasi Ketiga Pengrajin Kendang Asal Bantul

Tak hanya dikenal sebagai kota kreatif, Kabupaten Bantul juga gudangnya seniman dan kerajinan, salah satunya yaitu kendang. Kendang yang merupakan alat musik tabuh khas Jawa ini memang telah menjadi bagian dari perlengkapan utama dalam kesenian musik karawitan atau pagelaran musik lainnya.

Di Bantul, ada salah satu pengrajin kendang yang sudah turun temurun memproduksi alat musik tradisional tersebut. Dia dijuluki sebagai Joko Kendang.

Pria yang bernama asli Joko Purniomo itu merupakan generasi ketiga pengrajin kendang di Desa Gilangharjo. Tepatnya Pedukuhan Demangan, Gilangharjo, Pandak, Bantul, Yogyakarta.

Di tangan Joko, alat musik tradisional tersebut hingga kini masih eksis. Kebiasaan masa kecil yang aktif membantu orangtuanya membuat kendang itulah yang membuat ia mendapatkan keahlian itu. Sejak tahun 2005, karena usia orangtuanya yang sudah uzur, Joko meneruskan usaha kerajinan kendang dan terus berkembang hingga saat ini.

“Belajarnya dulu otodidak, juga karena orang tua, tiap hari lihat terus sering membantu. Bapak juga udah sepuh jadi saya yang pegang,” terang Joko.

Kendang buatan Joko itupun sudah dijual di seluruh Jawa. Ia juga menjelaskan, dengan adanya Dana Keistimewaan, jumlah permintaan menjadi lebih banyak, seperti proyek maupun bantuan.

Sebagai satu-satunya pengrajin kendang yang ada di Desa Gilangharjo, potensi itu langsung ditangkap oleh pihak kalurahan sebagai sebuah kekayaan budaya desa yang bakal terus didukung dan dikembangkan ke depannya.

“Ini memang menjadi perhatian kita di Kelurahan Gilangharjo. Nanti di tahun yang akan datang, tahun 2024 insyaallah dengan potensi yang ada, perangkat ini akan kami kembangkan dengan produksi gamelan perunggu,” kata Pardiyono, Lurah Gilangharjo.

“Memang ini sudah lama sekali, cuma dulu itu kan kembang-kempis dan berkembangnya baru akhir-akhir ini setelah ada campursari itu baru banyak pemesan yang datang ke sini,” lanjutnya.

Dalam kesehariannya, Joko Kendang selalu disibukkan bergelut dengan bambu dan kulit sapi, yang menjadi bahan baku pembuatan kendang.

Setiap bulan, ia bersama enam karyawannya bisa memproduksi 50-100 kendang yang beberapa di antaranya dipasarkan hingga ke pulau Kalimantan dan Sumatera.

Penulis: Joko Pramono

Editor/redaktur: Rizky / Wara

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *