HeadlineLensa JogjaLensa Terkini

Kisah Inspiratif Anak Buruh Bangunan Jadi Polisi

Penerimaan bintara polisi kembali hadirkan cerita inspiratif. Kali ini, kisah itu datang dari sosok bintara polisi Polda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) bernama David Lucky Hermawan.

Meski berlatar dari keluarga yang kurang mampu, pemuda asal Pedukuhan Sindet, Trimulyo, Jetis, Bantul itu mampu lolos seleksi sebagai calon polisi hanya dengan bermodal tekad yang kuat, kemauan yang keras, semangat pantang menyerah serta bekal prestasi yang banyak ia raih.

Pemuda berusia 23 tahun itu kini tengah menjalani pendidikan sebagai anggota bintara polisi Polda DIY di Sekolah Polisi Negara (SPN) Selopamioro, Bantul selama lima bulan ke depan.

Kisah David Lucky Hermawan, anak dari keluarga buruh bangunan ini menunjukkan bahwa dengan ketekunan, kerja keras, semangat pantang menyerah dan dukungan dari keluarga dapat mengatasi rintangan dan meraih kesuksesan.

Pemuda kelahiran 13 Maret 2000 tersebut tergolong gigih dan sabar dalam meraih cita-citanya. Hal itu terbukti dari keberhasilannya sebagai sarjana yang lulus dengan predikat cumlaude dan juga berprestasi.

Selama ini, David merupakan atlet cabang olahraga lari. Dari puluhan prestasi yang berhasil ia raih dan penghargaan yang diterima itu ia kumpulkan untuk mencukupi kebutuhannya selama kuliah.

Tekadnya untuk menjadi anggota Polri, ia bulatkan guna membalas pengorbanan orang tuanya dengan mewujudkan cita-citanya menjadi polisi yang jujur dan mengayomi demi mengangkat derajat keluarganya.

“Ini merupakan cita-cita saya yang saya persembahkan untuk orang tua. Orang tua dari saya kecil sudah berusaha buat bekerja keras. Mencari nafkah, menghidupi saya, dan menyekolahkan saya, sampai alhamdulillah lulusan sarjana. Notabene orang tua hanya buruh bangunan dan buta huruf. Makanya saya berjuang di sini, serius melakukan apa yang diperintah, semua ini hanya untuk diri saya dan membahagiakan orang tua saya,” kata David.

Meski lolos melalui jalur khusus, tapi tidak ada pembedaan penerapan pendidikan yang bakal ditempuh seluruh siswa selama di SPN Selopamioro.

“Kami tidak melihat kuota khusus atau kuota umum, semua sama, porsinya sama. Untuk melaksanakan pendidikan lima bulan, yang dibagi tiga tahap, yakni tahap pertama masa Dasbhara, tahap kedua masalah akademik, tahap tiga praktik. Jadi tidak ada perlakuan khusus,” jelas AKBP Yohanes Afri Budi Slamet Riyadi, Waka SPN.

David merupakan satu dari 210 siswa bintara Polri yang kini tengah menjalani pendidikan di SPN Selopamioro dengan mengedepankan prinsip bersih, transparan, akuntabel, dan humanis. David membuktikan bahwa pendaftaran polisi tidak ada pungutan biaya apapun dan bebas diakses oleh siapapun yang memiliki kemauan kuat untuk menjadi anggota Polri.

Terlahir di tengah keluarga yang sederhana, di mata kakak dan keluarganya David dikenal sebagai sosok anak yang bertekad kuat. Puluhan medali dan piala nampak terpajang memenuhi hampir sebagian dinding ruang tamu rumahnya. Ini menjadi bukti hasil kerja kerasnya menjadi atlet olahraga cabang atletik yang ia torehkan sejak di bangku sekolah dasar.

Sejak awal pendaftaran masuk anggota Polri, anak ketiga dari pasangan Tugiyo dan Sutini ini tak pernah bercerita kepada keluarga. Meski sempat kaget mengetahui anaknya lolos seleksi bintara Polri, keluarga mengaku terharu dan bangga atas capaian David sejauh ini untuk membanggakan kedua orangtuanya.

Ayah David kesehariannya bekerja sebagai buruh bangunan bahkan buta huruf. Sedangkan sang ibu yang merupakan ibu rumah tangga hanya mampu memberikan dorongan dan dukungan kepada David agar mampu mewujudkan cita-citanya sebagai seorang anggota Kepolisian Republik Indonesia.

Penulis: Joko Pramono

Editor/redaktur: Wara

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *