HeadlineLensa Terkini

Kemenkes Klaim Jumlah Kasus Gagal Ginjal Akut Menurun

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia menyatakan bahwa tren kasus gagal ginjal akut pada anak mengalami penurunan pada awal November ini. Juru Bicara Kemenkes, Muhammad Syahril, menyebut bahwa pihaknya tak menemukan kasus baru pada tiga hari terakhir.

“Mulai dari tanggal 1-3 November, Kemenkes tidak mencatat adanya kasus baru GGAPA,” kata Syahril melalui siaran persnya, Jumat (4/11).

Ia menjelaskan, total jumlah pasien gagal ginjal akut progresif atipikal per tanggal 3 November 2022 mencapai 323 kasus. Dari total tersebut, 99 kasus dinyatakan sembuh, 190 kasus dinyatakan meninggal dunia, dan 34 kasus dalam perawatan.

Di samping itu, Kemenkes pun mencatat wilayah tertinggi dalam kasus ini terdapat di DKI Jakarta (82 kasus), Jawa Barat (41 kasus), Aceh (32 kasus), Jawa Timur 26 kasus, dan Sumatera Barat (21 kasus).

Meski tak ada kasus baru, Kemenkes mencatat terdapat 1 kasus kematian pada tanggal 1 November di Kalimantan Barat dan 1 kasus pada 3 November di Sumatera Utara. Pasien yang meninggal dunia tanggal 3 November tercatat mengonsumsi obat Unibebi Demam (drop), Fitrazinc (drop), dan Cotrimoxazole (drop).

Sementara itu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memaparkan rinciannya berdasarkan sebaran usia. GGAPA terbanyak ditemukan pada usia 1-5 tahun yakni 169 kasus. Disusul 75 kasus pada anak usia kurang dari setahun, 42 kasus dari anak usia 6-10 tahun, dan 39 kasus pada anak usia 11-18 tahun.

Dari 325 kasus tersebut, kata Budi, 179 anak di antaranya dilaporkan meninggal dunia. Menurutnya, angka ini telah mengalami penurunan sebesar 54%.

“Dan kasus meninggalnya sekarang 178 dari 325 kasus, sekitar 54%. Ini sudah menurun dari kondisi sebelumnya yang sempat mencapai hampir 60%,” ujarnya.

Lebih lanjut, Budi mengklaim penurunan temuan kasus konfirmasi dan kematian GGAPA di Indonesia terjadi setelah Kementerian Kesehatan menyetop sementara penjualan dan penggunaan obat dalam sediaan cair atau sirup pada 18 Oktober lalu.

Klaim tersebut kemudian juga didukung oleh Ketua Umum IDAI Piprim Basarah. Bahkan menurutnya, pasien yang menerima obat antidotum Fomepizole kondisinya semakin membaik. Fomepizole merupakan injeksi penawar racun yang umumnya disebabkan kandungan Etilen Glikol (EG).

“Bukti epidemiologis, begitu Kemenkes menyetop sirup, itu kasusnya menurun drastis,” kata Piprim.

Senada, Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes Lucia Rizka Andalusia mengklaim kasus GGAPA di Indonesia mengalami tren penurunan yang drastis. Menurutnya, dalam sepekan terakhir, nyaris tak ada penambahan kasus baru.

“Alhamdulillah dalam waktu satu minggu ini kasusnya sudah sangat-sangat decline, bisa dibilang hampir tidak ada ya,” kata Rizka di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD, Kabupaten Tangerang, Kamis (3/11)

Rizka mengatakan Kemenkes hanya mendapati laporan 1-5 kasus per hari. Kondisi itu terjadi setelah pemberian obat antidotum dengan merek Fomepizole yang dinilai efektif pada pasien GGAPA dengan stadium yang belum tinggi.

“Bukan peningkatan kasus baru, tapi pelaporannya yang baru dilaporkan, dikumpulkan baru terlaporkan dan baru masuk. Jadi bukan peningkatan kasus baru, itu yang harus kita cermati. Dalam seminggu terakhir ini mungkin hanya lima kasus ya, dan sebagian besar masih laporan lama yang dirawat dan belum dilaporkan terus dilaporkan,” jelas Rizka

Terkait penambahan tersebut merupakan kumulatif kasus lama yang baru terlaporkan pada akhir-akhir bulan ini. Karena itu, ia memastikan mayoritas bukan kasus baru. (RDM/L44)

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *