Lensa JogjaLensa OlahragaLensa Terkini

Kejurda II NPC DIY, Pertandingkan Cabor Baru Lawn Bowls

Kejurda National Paralympic Committee (NPC) DIY kembali digelar. Dalam perhelatan yang kedua kalinya ini, turut diperlombakan 11 cabang olahraga yang diikuti sebanyak 520 peserta dari seluruh DIY. Salah satu yang turut dipertandingkan adalah cabang olahraga baru, yaitu lawn bowls atau dikenal pula sebagai bowling lapangan.

Bertempat di GOR FKIP Universitas Mercu Buana Yogyakarta, ada 36 kontingen dari kabupaten, kota se-DIY yang turut ambil bagian dalam nomor tersebut.

Secara teknik, lawn bowls memang sedikit mengadopsi olahraga bowling. Namun, yang membedakan setiap pemain harus melemparkan bola mendekati bola kuning sebagai objek.

Dan yang berhak memperoleh nilai jumlah bola terdekat. Setiap sesi, bermain 10 kali dengan 4 bola setiap timnya. Pemain yang memperoleh nilai 12, akan keluar sebagai pemenang dengan durasi waktu maksimal 50 menit.

Lawn bowl dimainkan di atas lapangan rumput atau karpet oleh dua tim yang terdiri dari 1-4 pemain yang bisa memainkan nomor tunggal putra-putri dan ganda campuran.

Sekilas memang terlihat mudah, tapi dibutuhkan konsentrasi dan fokus untuk mengatur kecepatan lemparan bola.

“Cabor baru waktu itu saat di rakernan NPC akan di pertandingkan di paralimpic depan. Tapi karena ini masih belum ada pesertanya, jadi masih nunggu. Statusnya tu masih ngambang. Iya atau tidak. Karena iya atau tidak, DIY pengen ikut tampil, karena DIY ada dua orang yang di pelatnas. Satu di sini dan satu di Solo, putri semua,” kata Agus Susworo Dwi Marhaindro, koordinator cabor lawn bowls.

“Ini perlu fokus, dan mengutamakan ke feeling-nya sama seperti tenis meja. Perlu fokus macam seperti billiard semacam itu. Mirip bowling, tapi bowling itu medianya jelas di sana ada titik-titiknya sudah ada. Tapi kalo ini cuma ada satu jack aja dan harus mendekati jack itu,” ungkap Tugiran, salah seorang peserta.

Difabel yang ikut serta hasil kejurda ini juga menjadi catatan evaluasi pembinaan prestasi, baik itu dari pelatda dan luar pelatda agar diolah menjadi bahan peningkatan prestasi ke depan.

“Kejurda ini bisa juga untuk penggalangan atlet dan mencari bibit atlet, karena tidak gampang mencari atlet dari temen-temen disabilitas. Sehingga nanti potensi-potensi yang ada dari hasil kejurda ini bisa jadi tim peparda 2025 di Gunungkidul,” tutur Fauzan Mu’arifin, Wakil Ketua NPC Bantul.

Selama lima hari, hingga 7 Oktober mendatang ada 11 cabang olahraga yang dipertandingkan dengan total peserta sebanyak 520 orang yang terdiri dari tuna daksa, netra, tuli, dan tunagrahita.

Perhelatan yang digelar kedua kalinya ini bertujuan menemukan atlet terbaik serta bibit atlet usia muda sebagai persiapan untuk even olahraga bergengsi nasional peparnas 2028 mendatang.

Dalam ajang ini tidak ada pembeda antara atlet senior dengan atlet dari sekolah inklusi maupun SLB. Mereka digabungkan ke dalam pertadingan sesuai dengan cabor yang diikuti.

Penulis: Joko Pramono

Editor/redaktur: Rizky / Wara

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *