Headline

Kata Legislator Soal Harga Masuk Borobudur Mahal: Tak Seimbang!

Anggota Komisi X DPR RI, Nuroji, turut mengomentari ihwal naiknya harga masuk ke Candi Borobudur yang dinilai tak wajar. Harga baru yang dipatok oleh Menkomarves, Luhut Binsar Panjaitan, adalah senilai Rp750.000 untuk pengunjung domestik dan Rp1.443.000 bagi wisatawan mancanegara.

Meski beralasan untuk mempromosikan wisata Indonesia, namun, Nuroji menilai dengan alasan apapun, memasang harga semahal itu akan memberatkan wisatawan Indonesia.

“Memang Borobudur perlu dijaga kelestariannya, tapi bukan dengan menaikan tarif yang selangit. Itu bertolak belakang dengan promosi destinasi wisata ini. Kepentingan konservasi dan wisata memang perlu seimbang. Tapi bukan menaikan harga setinggi itu,” kata Nuroji dalam keterangannya, dikutip pada Senin (6/6).

Berkaitan dengan menjaga kelestarian candi, kata Nuroji, seharusnya mengatasi ramainya pengunjung juga bukan dengan menaikkan tarif, melainkan ada langkah-langkah lain yang lebih tepat.

Misalnya, petugas setempat bisa saja menerapkan sistem antrian atau membatasi jumlah pengunjung per harinya. Selain itu, bisa juga dengan menutup area candi pada waktu-waktu tertentu untuk perawatan atau pengurangan beban berat candi.

Tak hanya soal tarif, Nuroji bahkan tak segan mengaku tak puas dengan kinerja pada tour guide, yang dinilai tidak profesional.

Rasa kecewa yang diungkapkan Nuroji, berkaitan dengan tidak cukup wawasan yang diketahui oleh tour guide yang bertugas. Ia menyebut, bahwa para tour guide harusnya mendapatkan pelatihan untuk pekerjaannya.

“Soal guide (pemandu wisata), dalam rapat terdahulu dengan pengelola, saya sampaikan bahwa guide-nya tidak profesional, kenapa? Karena, antara satu guide dengan yang lain, tidak sama, saat menceritakan sejarah Borobudur, dengan kata lain berbeda-beda versinya. Dan begitu saya tanya, ternyata guide tersebut berasal dari Palembang,” terangnya.

Di samping itu, ia pun mengusulkan agar pemerintah memberdayakan masyarakat setempat untuk menjadi tour guide, dan bukan sekedar penjaja souvenir.

Ia menilai, masyarakat setempat atau siapapun yang berasal dari wilayah tersebut, tentu akan lebih banyak memahami cerita yang ada di Borobudur.

“Dan yang tidak kalah penting, untuk memberdayakan warga sekitar atas keberadaan candi Borobudur itu juga harus dilakukan Penataran, pelatihan atau pembekalan terlebih dahulu,” tegasnya. (AKM/L44).

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *