Lensa MancaLensa Terkini

Gelombang Panas di India, 24 Ribu Orang Tewas

Baru-baru ini, India mengalami terpaan gelombang panas yang begitu ekstrem. Tahun lalu, gelombang panas di India menewaskan puluhan orang, hingga menyebabkan banyak kerugian, seperti memangkas hasil panen, membakar tempat pembuangan sampah di Delhi, hingga menyebabkan asap beracun.

Di negara bagian Uttar Pradesh, diketahui suhu mencapai 115 derajat Fahrenheit (46,1 derajat Celsius). Insiden itu menyebabkan 300 kasus kebakaran hutan di seluruh India.

Menurut penelitian dari para peneliti Cambridge yang diterbitkan pekan lalu, cuaca ekstrem di India membuat 90% negara itu rentan terhadap risiko kesehatan masyarakat seperti sengatan panas, kekurangan makanan, dan bahkan kematian. Naiknya suhu juga dapat memperlambat perekonomian negara dan menghambat tujuan pembangunannya.

Gelombang panas menimbulkan “beban yang belum pernah terjadi sebelumnya pada kesehatan masyarakat, pertanian dan sistem sosial ekonomi dan budaya lainnya,” tulis mereka.

“India saat ini menghadapi benturan berbagai bahaya iklim kumulatif,” tambahnya.

Menurut peneliti, pihak berwenang meremehkan bahaya tersebut. Para pejabat mengandalkan penilaian kerentanan iklim oleh Departemen Sains dan Teknologi India, yang menunjukkan bahwa sebagian kecil negara itu berisiko lebih besar dari perubahan iklim daripada yang ditunjukkan oleh temuan baru.

Kesalahan perhitungan seperti itu, menurut mereka, dapat menghambat upaya India untuk memenuhi tujuan pembangunan berkelanjutan PBB, seperti mengurangi kelaparan dan kemiskinan serta mencapai kesetaraan gender.

Studi ini muncul di Iklim PLOS hanya beberapa hari setelah setidaknya 13 orang meninggal karena sengatan panas dan beberapa lusin dirawat di rumah sakit, setelah acara luar ruangan di negara bagian barat Maharashtra.

Di India, setidaknya 24.000 orang telah meninggal akibat serangan panas dalam 30 tahun terakhir. Perubahan iklim ini telah menyebabkan gelombang panas di negara itu dan di negara tetangga Pakistan, dengan suhu diperkirakan akan memecahkan rekor setiap tiga tahun, tetapi hanya sekali setiap 312 tahun jika iklim tidak berubah secara dramatis.

Kejadian cuaca panas ini juga ramai diperbincangkan oleh masyarakat Indonesia. Namun, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Indonesia mengatakan, cuaca panas di Indonesia akhir-akhir ini bukan disebabkan oleh gelombang panas seperti yang terjadi di India. (APA/L44)

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *