Lensa MancaLensa Wisata

Dunia Bakal ‘Overtourism’ di 2024 Ini

ٍSejumlah destinasi wisata di berbagai negara pada tahun 2024 ini diprediksi akan mengalami overtourism.

Overtourism sendiri adalah kondisi dimana jumlah pengunjung yang datang ke suatu daerah melebihi kapasitas pengunjung.

Melansir dari Skynews, Senin (22/1), Organisasi Pariwisata Dunia PBB mengungkapkan bada pada tahun 2023 akan menjadi tahun rekor kedatangan wisatawan internasional di seluruh dunia, terutama di sejumlah tempat wisata yang populer.

Dilaporkan, pada tahun 2019 jumlah kunjungan wisatawan internasional di seluruh dunia mencapai angka tertinggi yakni hampir 1,5 miliar.

Sandra Carvao selaku Direktur Intelijen Pasar dan Daya Saing UNWTO mengatakan pada tahun 2023 angka kunjungan wisatawan itu sudah mencapai 88 persen dari tahun 2029. Angka tersebut menunjukkan industri pariwisata di dunia telah pulih dari pandemi.

Meski demikian, pihaknya mengungkapkan menjelang tahun 2024 pemulihan pariwisata di Asia masih tertinggal, dimana sebelum pandemi wilayah ini menjadi yang tertinggi kedua dalam hal pariwisata setelah Eropa.

“Namun, jika Asia terus pulih pada tingkat yang sama maka hal tersebut akan menjadi lebih baik. Angka globalnya kemungkinan besar akan melampaui angka 1,5 miliar yang kita miliki pada tahun 2019,” kata Sandara Carvao.

Penyebab Terjadinya Overtourism

Justin Francis, Kepala Eksekutif Responsible Travel, sebuah perusahaan yang berfokus pada perjalanan berkelanjutan, mengatakan salah satu penyebab overtourism ini adalah biaya penerbangan yang sangat murah. Hal ini karena bahan minyak tanah merupakan salah satu dari sedikit bahan bakar yang tak dikenakan pajak di dunia.

Pihak nya juga menyatakan munculnya influencer media sosial yang ingin membangun merek juga berperan dalam hal ini.

“Industri pariwisata sendiri telah berupaya meningkatkan pariwisata dengan sedikit sekali memperhatikan dampaknya terhadap destinasi,” ungkap Francis.

Sementara itu, Francis mengatakan Industri pariwisata bertanggung jawab atas sekitar 8% emisi karbon digital. Salah satu yang mendorong masalah ini adalah kenyataan orang-orang mengambil waktu istirahat yang lebih singkat dan lebih sering, dibandingkan saat liburan yang lebih sedikit namun lebih lama.

Selain itu, peningkatan emisi karbon ini terjadi pada giliran menyebabkan jumlah penerbangan yang lebih besar.

Penulis: Chumaida

Editor/redaktur: Rizky/Wara

Baca Juga : https://lensa44.com/yellowstone-dimana-pierce-brosnan-kena-pasal-pelanggaran-kecil/

Share