Lensa SinemaUncategorized

Film Hunger, Suguhan Dunia Kuliner yang Lebih Mirip Film Thriller

Netflix seolah tak pernah kehabisan akal untuk membuat penikmatnya berdecak kagum atas film-film garapannya. Terbaru, platform ini kembali merilis film originalnya berjudul Hunger.

Berlatar belakang di Thailand, Hunger menyuguhkan jalan cerita tentang seluk beluk dunia kuliner. Namun, alih-alih berfokus pada makanan, Hunger justru lebih terasa seperti film thriller yang sukses bikin ngeri penonton.

Film berdurasi 2 jam 10 menit ini, menceritakan sosok Aoy yang diperankan oleh Chutimon Chuengcharoensukying, sebagai seorang anak sulung perempuan yang meneruskan bisnis kuliner keluarganya.

Sehari-hari, bintang film Bad Genius itu bekerja untuk para pelanggan setianya dengan memasak menu andalan keluarga, yakni pad see ew atau lebih akrab dikenal sebagai kwetiau goreng khas Thailand.

Suatu hari, Tone yang diperankan oleh Gunn Svasti Na Ayundhya, datang sebagai pelanggan dan mencicipi masakan Aoy. Ia pun terkesan dan lantas menawari Aoy untuk bekerja dengannya di sebuah restoran fine dining bernama Hunger.

Restoran Hunger diketuai oleh Nopachai Chaiyanam sebagai sosok Chef Paul, salah satu chef terbaik di Thailand, tapi berkarakter galak dan sadis.

Setelah melalui tes memasak nasi goreng yang dikemas dengan epik dan sinematik, Aoy akhirnya dinyatakan lolos dan mulai bekerja di bawah tekanan Chef Paul.

Selama bekerja dengan Chef Paul, Aoy mengalami banyak tekanan dalam proses pembelajarannya sebagai chef kedai rumahan menjadi chef profesional. Tak hanya itu, Aoy juga kemudian melihat seperti apa kerasnya bekerja di dapur yang sesungguhnya.

Film ini tak sungkan untuk memperlihatkan adegan-adegan yang mungkin tidak pernah terbayangkan oleh masyarakat umum, seperti saling mengancam, memaki, melempar alat-alat dapur, bahkan juga menikam.

Film garapan Sitisiri Mongkolsiri ini, seolah ingin menyuguhkan hal-hal lain di luar dapur tetapi saling berkaitan satu sama lain. Ada banyak adegan-adegan yang seperti sengaja dikemas dalam satir.

Salah satu yang memorable adalah saat Chef Paul menjamu para pejabat. Dalam momen itu, mereka disuguhi makanan daging beserta saus merah yang lebih mirip dengan darah.

Mereka makan sangat lahap, seolah mencerminkan bagaimana mereka bisa menghabiskan segalanya termasuk darah untuk menuntaskan rasa hausnya.

Selain itu, perjalanan Chef Paul dalam film ini juga seperti mengingatkan para penonton, bahwa aksi memburu satwa langka dan dilindungi mungkin masih marak dilakukan. Tak tanggung-tanggung, satwa tersebut bahkan dimasak dan dimakan. Hal ini tentu kian memperlihatkan keserakahan manusia.

Di sisi lain, film ini juga memecah sudut pandang antara orang kaya dan orang miskin. Orang kaya menikmati makanan mahal hanya untuk pamer, sedangkan orang miskin menikmati makanan untuk bertahan hidup.

Tetap ada pesan yang disiratkan dalam film ini. Aoy dengan perjalanan panjangnya, akhirnya berhasil menjadi chef terkenal dan kemudian dipertemukan dengan Chef Paul dalam sebuah kesempatan. Keduanya saling menyuguhkan menu terbaiknya seolah bersaing, memikat hati para penonton.

Kendati begitu, Aoy pun sempat diliputi rasa haus akan kesuksesan dan ketenaran. Hasrat ingin mengalahkan Chef Paul yang menggebu-gebu, justru membuatnya melupakan sahabat dan keluarganya. Pada akhirnya, Aoy kembali ke rumah dan kedai keluarganya. (AKM/L44)

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *