Banjir Pakistan Makan Lebih dari 1000 Korban, WNI Dipastikan Selamat
Banjir muson yang melanda Pakistan, telah memakan lebih dari 1.000 korban. Otoritas Manajemen Bencana Nasional (NDMA) Pakistan mengatakan bahwa hingga Minggu (28/8), jumlah korban telah mencapai 1.033, sejak banjir melanda pada Juni lalu. Dari total korban, 119 orang meninggal dunia dalam 24 jam terakhir.
Melansir dari kemlu.go.id, pada Senin (29/8), Kementerian Luar Negeri RI (Kemlu RI) memastikan bahwa para WNI dilaporkan selamat dari terjangan banjir bandang tersebut. Namun, warga tetap diminta waspada.
KBRI Islamabad dan KJRI Karachi juga telah berkoordinasi dengan otoritas setempat dan berkomunikasi dengan simpul komunitas Indonesia. Hingga saat ini, diketahui tidak ada WNI yang menjadi korban bencana banjir tersebut.
Jumlah WNI di Pakistan tercatat berjumlah 1.267, di mana mayoritas bertempat tinggal di Karachi, Islamabad Lahore, Karachi, Rawalpindi, Sialkot, Gujrat dan Peshawar.
KBRI dan KJRI pun menyampaikan imbauan untuk selalu tanggap dan waspada, serta memantau informasi yang disampaikan National Disaster Management Authority (NDMA) dan Pakistan Meteorological Department (PMD),
WNI juga diimbau untuk menunda perjalanan ke lokasi rawan bencana, dan segera menghubungi otoritas setempat atau Perwakilan RI terdekat, jika terjadi situasi darurat.
Sebelumnya, Pakistan mengalami bencana alam banjir badang di Provinsi Balochistan dan Khyber Pakhtunkhwa. Perdana Menteri Pakistan mengatakan, bahwa “besarnya bencana” lebih besar dari yang diperkirakan, setelah mengunjungi daerah-daerah yang dilanda banjir di negara itu.
Skala kehancuran akibat bencana ini pun belum sepenuhnya dipahami. Tetapi, orang-orang menggambarkannya sebagai bencana terburuk yang pernah mereka alami.
Di dekat kota Larkana, ribuan rumah berlumuran lumpur telah tenggelam, sejauh bermil-mil yang terlihat hanyalah puncak pohon. Juga, di satu desa, orang-orang sangat membutuhkan makanan. Sementara di tempat lain, banyak anak telah terkena penyakit yang ditularkan melalui air.
Dengan ini, Pakistan meminta bantuan internasional setelah banjir ini mendatangkan malapetaka di seluruh negeri.
Negara-negara seperti Amerika Serikat, Inggris, Uni Emirat Arab, dan lainnya, juga telah berkontribusi pada seruan bencana muson ini. Namun, Pakistan masih memerlukan lebih banyak bantuan.
Banjir kali ini disebut setara dengan banjir pada 2010 silam, yang tercatat sebagai terburuk dalam sejarah Pakistan. Di tahun itu, lebih dari 2.000 orang meninggal dan seperlima wilayah negara itu terendam air.
Sejumlah pejabat menyalahkan perubahan iklim yang disebabkan manusia. Mereka menganggap, Pakistan menjadi korban dari praktik lingkungan yang tidak bertanggung jawab di tempat lain di dunia.
Namun, perubahan iklim bukan satu-satunya penyebab banjir. Tindakan korupsi, perencanaan yang buruk, dan pelanggaran peraturan lokal yang mendirikan bangunan di daerah rawan banjir, juga dinilai menjadi faktor yang perlu diperhitungkan. (SC/L44)