Lensa JogjaLensa Wisata

Berwisata dan Belajar Sejarah Bumi Mataram di Festival Srawung Kampung

Kampung Bumen, Kotagede, Yogyakarta menggelar Festival Srawung Kampung untuk menumbuhkan rasa kebersamaan dan berbudaya dalam masyarakat. Terdapat berbagai ragam kuliner serta pertunjukan, salah satunya sejarah mengenai Bumi Mataram.

Berbagai pertunjukan kesenian serta kuliner khas Kotagede dijajakan di halaman warga. Srawung Kampung ini bertujuan untuk merekatkan kembali hubungan antar warga, agar saling berinteraksi, saling komunikasi dan bermasyarakat.

Selain menjaga kenyamanan dan keramahan warga, hal ini juga tentunya dapat membangun mental karakter warga serta berdampak pada kualitas pemberdayaan ekonomi.

Gelaran Srawung Kampung ini dimeriahkan dengan pertunjukan dari warga dengan tema Bumi Babat Mataram. Tema tersebut menceritakan tentang sejarah kota Mataram yang dipimpin Danang Sutowijoyo saat melawan Aryo Penangsang. Dalam sayembara tersebut, Danang Sutowijoyo berhasil mengalahkan Aryo Penangsang dan mendapat hadiah Alas Mentaok.

“Babat Bumi Mataram mengisahkan tentang sejarah Bumi Mataram itu sendiri diawali ketika Danang Sutawijaya memerangi Aryo Penangsang, itu atas sayembara yang diadakan oleh Sultan Hadiwijaya. Siapa yang bisa mengalahkan Aryo Penangsang akan mendapatkan Alas Mentaok. Alas Mentaok kemudian berkembang menjadi kerajaan besar namanya Mataram, nah itu,” ujar Budi Sarwono, selaku ketua panitia Srawung Kampung.

Di samping itu, digelarnya Festival Srawung Kampung juga dapat menjadi pilihan tujuan wisata untuk belajar di kampung sejarah.

“Ya ini sebetulnya kan yang ingin kita angkat kembali intinya tujuan kita membuat Babat Bumi Mataram itu. Kita kepinginnya itu akan menjadi ikon Kotagede. Sehingga orang itu ketika datang ke Jogja, kalau ingin menonton sendratari Ramayana ada di Prambanan atau Purawisata, tapi kalau pengen nonton yang berkaitan dengan sejarah di Jogja ya di Kotagede namanya Babat Bumi Mataram,” lanjutnya.

Festival ini juga menggandeng dinas pemerintah terkait, serta melibatkan para seniman dan UMKM dari warga sekitar. Harapannya dengan digelarnya Srawung Kampung ini dapat menjaga adat dan budaya masyarakat serta menjalin kerukunan warga dengan hidup berdampingan gotong-royong tanpa intoleransi. (BJ/L44)

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *