Lensa MancaLensa TerkiniUncategorized

Presiden Iran Akui Kematian Mahsa Amini sebagai Tragedi Menyedihkan

Presiden Iran Ebrahim Raisi mengatakan bahwa kematian Mahsa Amini, seorang wanita muda dalam tahanan, membuat semua orang di negara tersebut berduka. Tetapi ia juga memperingatkan, kekacauan tidak dapat diterima di tengah menyebarnya protes kekerasan atas kematiannya.

Kematian Amini pada dua minggu lalu telah memicu protes anti-pemerintah di seluruh Iran. Pengunjuk rasa sering menyerukan diakhirinya kekuasaan ulama Islam selama lebih dari empat dekade.

“Kami semua sedih dengan insiden tragis ini. (Namun) Kekacauan tidak dapat diterima,” kata Raisi, mengutip dari Reuters, Kamis (29/9).

“Garis merah pemerintah adalah keamanan rakyat kita. Orang tidak bisa membiarkan orang mengganggu kedamaian masyarakat melalui kerusuhan,” tegasnya.

Meskipun jumlah korban tewas terus bertambah, disertai tindakan kekerasan, gas air mata, pentungan, dan dalam beberapa kasus, peluru tajam oleh petugas keamanan Iran namun, dari video yang tersebar di media sosial menunjukkan warga Iran tetap bertahan dengan protes dan terus meneriakkan “Matilah diktator”.

Demonstrasi kemarahan ini pun telah menyebar ke lebih dari 80 kota di seluruh negeri sejak 13 September 2022 lalu, saat kabar kematian Amini menyebar. Gadis itu meninggal setelah ditangkap karena dianggap tidak menutupi kepalanya dengan benar oleh polisi moral Republik Islam.

Amini, yang berasal dari kota Saqez, Kurdi barat laut, meninggal di rumah sakit setelah mengalami koma. Berita kematiannya langsung memicu unjuk rasa besar pertama di jalan-jalan Iran setelah pihak berwenang menghancurkan protes terhadap kenaikan harga bensin pada 2019.

Lebih lanjut, Raisi pun telah memerintahkan pihak terkait untuk melakukan penyelidikan atas kematian Amini.

“Forensik akan memberikan laporan kematiannya dalam beberapa hari mendatang,” imbuh Raisi.

Meskipun Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei belum mengomentari protes tersebut, sebuah badan pengawas meminta pengadilan untuk menangani secara tegas para pelaku utama dan mereka yang bertanggung jawab membunuh serta melukai orang-orang yang tidak bersalah.

Diketahui, media pemerintah tersebut mengatakan 41 orang, termasuk anggota polisi dan milisi pro-pemerintah, tewas selama protes. Namun, kelompok hak asasi manusia Iran telah melaporkan jumlah korban lebih tinggi dari yang dilaporkan media pemerintah tersebut.

Kendati demikian, Presiden Iran tetap kekeuh untuk mendukung pasukan keamanan Iran dengan tugasnya.

“Mereka mengorbankan hidup mereka untuk mengamankan negara,” tutup Raisi. (SC/L44)

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *