HeadlineLensa Terkini

Deretan Pesan Buya Syafii untuk Muhammadiyah dan NU

Mantan Ketua Umum Muhammadiyah periode 1998-2005, Ahmad Syafii Maarif atau kerap disapa Buya Syafii, telah tutup usia pada Jumat (28/5) pukul 10.15 WIB di RS PKU Muhammadiyah Gamping, Yogyakarta.

Kepergian sosok guru bangsa Buya Syafii tentu meninggalkan duka yang mendalam bagi Indonesia dan umat muslim khususnya. Buya Syafii dikenal sebagai tokoh agama yang selalu memberikan pesan-pesan kebangsaan yang meneduhkan, sehingga membuat kerukunan umat terus terjaga.

Sebelum kepergiannya, Buya Syafii meninggalkan dua pesan untuk Indonesia yang disampaikan melalui Ketua Umum Muhammadiyah, Haedar Nashir.

Pesan tersebut adalah pertama, Buya Syafii selalu mengingatkan agar selalu menjaga keutuhan bangsa, keutuhan Muhammadiyah, dan keutuhan umat Islam. Kedua, Buya Syafii meminta untuk melakukan doa bersama.

Selain itu, ada pula pesan-pesan khusus yang disampaikan kepada warga Muhammadiyah dan Nahdhatul Ulama (NU), sebagai dua ormas besar yang mendominasi di Indonesia. Melansir dari unggahan instagram @ibtimes.id, Sabtu (28/5), pesan-pesan tersebut adalah di antaranya:

  1. Muhammadiyah-NU seharusnya tampil sebagai tanda besar bangsa dan negara;
  2. Muhammadiyah-NU harus berpikir besar, saling membantu dan saling berbagi;
  3. Muhammadiyah-NU mesti bergandengan tangan untuk menjaga keutuhan Indonesia dari segala macam tangan perusak, termasuk dari mereka yang memakai bendera agama;
  4. Muhammadiyah-NU yang mewakili arus utama Islam Indonesia, harus semakin menancapkan jangkarnya di samudera nusantara sedalam-dalamnya;
  5. Energi jangan dikuras untuk memburu kepentingan pragmatis jangka pendek. Islam terlalu besar dan mulia untuk hanya dijadikan kendaraan duniawi yang bernilai rendah;
  6. Kedua kubu santri ini dalam kaitannya dengan masalah kenegaraan, mesti mengubah paradigma berpikirnya untuk tidak lagi terjebak “berebut lahan” dalam kementerian tertentu yang dapat mempersempit langkah besar ke depan;
  7. Sekiranya riak-riak kecil yang “agak aneh” yang menyusup ke dalam kedua jamaah santri ini, harus cepat disadarkan agar tubuhnya menjadi aman dan kebal terhadap serbuan ideologi impor yang sedang terkapar di tanah asalnya;
  8. Apabila benteng Muhammadiyah-NU jebol ditembus ilfitrasi ideologi impor dengan teologi kebenaran tunggal, maka integrasi nasional Indonesia akan goyah dan oleng. Oleh sebab itu, kedua arus besar komunitas santri ini harus tetap awas dan siaga dalam menghadapi segala kemungkinan buruk itu;
  9. Pertanyaannya kemudian adalah apakah generasi baru Muhammadiyah-NU yang lebih terbuka dan relatif punya radius pergaulan yang lebih luas, bersedia keluar dari kotak-kotak sempit selama ini? Semestinya tidak ada alasan lagi untuk terus terkurung dalam lingkaran terbatas yang bisa menyesakkan napas dan sia-sia.
  10. Muhammadiyah-NU adalah benteng utama untuk membendung infiltrasi ideologi yang telah kehilangan perspektif masa depan untuk Islam, keindonesiaan dan kemanusiaan.
  11. Generasi baru dari kedua arus utama ini, mesti berpikir besar dan strategis dalam upaya menjaga dan mengawal kepentingan keindonesiaan yang kadang-kadang terasa masih goyah.
  12. Untuk melangkah kepada tujuan besar dan mulia itu, Muhammadiyah dan NU mesti mengembangkan sikap-sikap yang lebih dewasa dan terukur, dalam menghadapi isu-isu semasa yang kadang-ladang dapat mengundang salah paham yang tidak perlu.

Demikian sederet pesan yang ditujukan kepada Muhammadiyah dan NU. Semoga pesan-pesan ini bisa terus diterapkan dan Indonesia juga terus terjaga kerukunannya, serta menjadi lebih baik ke depannya. (AKM/L44)

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *