Lensa Jogja

Tega Bohongi Orang Tua, Enam Remaja yang Berniat Tawuran Diamankan Polisi

Hendak melakukan aksi tawuran, enam pelajar di Bantul diamankan polisi beserta sejumlah senjata tajam dan sarung yang telah dimodifikasi. Diketahui, barang tersebut adalah yang akan mereka gunakan untuk tawuran.

Ironisnya, anggota geng pelajar ini bahkan mengaku berpamitan pergi sholat tarawih dan membangunkan sahur, untuk membohongi orangtuanya.

KAP salah satu dari mereka, mengaku berani membohongi orangtuanya, agar dapat keluar rumah untuk ikut aksi tawuran bersama gengnya. Ia menggunakan dalih hendak pergi sholat tarawih dan membangunkan sahur.

Lima di antara mereka berenam, merupakan pelajar kelas satu di SMP 3 Bantul, yang di antaranya adalah AYM, MDOA, AAT, APS, dan MKDN. Masing-masing remaja ini, merupakan warga Palbapang dan Pandak, Bantul, yang tergabung dalam kelompok Brotherhood Community (BHC). Sementara satu remaja lainnya, adalah pelajar SMK di Bantul.

Geng yang beranggotakan pelajar tanggung tersebut, berhasil diamankan bersama barang bukti berupa sejumlah senjata tajam berupa celurit dan pedang, serta sarung yang sudah diikat dengan bagian ujungnya dibungkus batu, difungsikan sebagai cambuk.

Sejatinya, keenam remaja ini hendak melakukan aksi perang sarung atau tawuran menggunakan sarung yang sudah dimodifikasi, dengan geng lain di Palbapang Bantul, pada Senin (11/4) dini hari. Namun, berkat kesigapan warga yang berkolaborasi dengan pihak Kepolisian Polres Bantul, aksi mereka berhasil digagalkan.

Gerak cepat polisi, segera menggerebek salah satu rumah pelaku di Dusun Bolon RT 04, Palbapang, Bantul, yang dijadikan sebagai markas geng tersebut. Di situlah, keenam terduga pelaku aksi tawuran itu diringkus, berikut senjata yang akan mereka gunakan dalam aksi tawuran.

APS, pelaku sekaligus pemilik rumah yang dijadikan sebagai markas geng BHC itu mengaku, rumah tinggalnya memang kerap dijadikan tempat berkumpul anggota geng BHC, lantaran kesehariannya APS tinggal seorang diri, usai kedua orangtuanya bercerai. Sebelumnya, mereka telah melakukan aksi tawuran sebanyak dua kali, yang terinspirasi dari maraknya perang sarung di beberapa daerah lainnya.

“..tadinya cuma maen biasa, lama-lama jadi banyak akhirnya jadi basecamp, terus adia perang-perang sarung itu jadi ikut-ikutan dan berkembang,” kata APS.

Menurut pengakuan orangtua pelaku, mereka tidak menyangka jika anaknya menjadi pelaku aksi tawuran. Pasalnya, selama ini mereka berpamitan keluar rumah untuk kegiatan ibadah ataupun membeli kuota internet.

Terbentuknya geng BHC ini, berawal dari pertemuan di sebuah angkringan di Palbapang/ Bantul. Kesemuanya bersepakat melakukan aksi tawuran dengan kelompok lain, yang sebelumnya berjanjian melalui media sosial.

Kejadian tersebut, seolah menjadi cambuk bagi orangtua masing-masing pelaku yang mengaku lalai dalam mengawasi anak-anaknya.

Aksi perang sarung atau tawuran menggunakan kain sarung yang meresahkan masyarakat itu, belakangan telah menjadi fenomena buruk bagi kalangan remaja di berbagai daerah, termasuk di Kabupaten Bantul.

Kapolres Bantul menghimbau kepada seluruh orangtua, untuk lebih intens mengawasi anak-anaknya utamanya jika keluar di malam hari. Sementara, pihaknya juga berharap kepada seluruh masyarakat, untuk peduli terhadap lingkungannya dan melakukan pengawasan jika ditemukan hal-hal mencurigakan dan segera mlapor kepada pihak kepolisian.

Setelah dilakukan interogasi, kemudian pihaknya memberikan pengarahan terhadap 6 anak tersebut agar ke depan mereka tidak melakukan perbuatan serupa. Sebelum mereka dikembalikan kepada orangtua masing-masing, mereka juga masih dalam pengawasan pihak kepolisian setempat.

Selain senjata tawuran, polisi juga mengamankan empat jenis kendaraan milik pelaku, yang nantinya hanya bisa dimabil oleh pemiliknya, setelah hari raya Idul Fitri. (JACK/L44)

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *