Lensa Wisata

Wisata Candi Sewu, Bangunan Sejarah dengan Sembilan Struktur Megah

Candi Sewu merupakan candi yang mempunyai struktur yang lebih kompleks, jika dibanding dengan candi-candi lain di Jawa Tengah. Candi ini terdiri dari dari sembilan struktur. Hal ini menjadikan Candi Sewu berkesan megah. Kompleks percandian ini terletak di Dukuh Bener, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Jaraknya sekitar 800 meter sebelah utara Candi Prambanan.

Candi ini adalah candi Budha terbesar kedua setelah Borobudur dan dibangun sekitar abad 9 M. Nama asli candi ini sebenarnya “Manjusri Grha”, yang berarti Rumah Manjusri (salah satu Bodi Satwa). Di komplek candi ini terdapat satu candi Induk, 240 candi perwara dan empat pasang candi Apit.

Jika mengamati candi induk secara sekilas, bangunan ini tampak seperti umumnya candi-candi lain. Namun jika dipelajari dengan seksama, struktur candi induk Sewu berbeda dengan candi lain. Hal yang membuat lain adalah komponen bangunan yang ada di Candi Sewu. Komponen tersebut antara lain, bilik tengah, lorong, selasar, penampil, dan atap candi.

Menurut Prasasti Kelurak yang berasal dari tahun 782 M dan Prasasti Manjusrigrha yang sudah ada sejak tahun 792 M, nama asli Candi Sewu adalah Prasada Vajrasana Manjusrigrha. Istilah prasada bermakna candi atau kuil, vajrajasana bermakna tempat, wajra (intan atau halilintar) bertakhta, dan Manjusri-grha bermakna rumah Manjusri atau Boddhisatwa (calon biksu) dalam ajaran Buddha.

Candi Sewu dibangun oleh Raja Mataram Kuno kedua, Rakai Panangkaran, yang memerintah antara tahun 746 M-784 M. Dalam perkembangannya, kompleks candi bercorak Buddha ini diperkirakan pernah diperluas oleh Rakai Pikatan, Raja Mataram Kuno yang membangun Candi Prambanan. Adanya Candi Sewu (bercorak Buddha) berdampingan dengan Candi Prambanan (bercorak Hindu), menunjukkan bahwa Kerajaan Mataram Kuno menjunjung tinggi toleransi beragama.

Setelah terkubur lama oleh timbunan abu Gunung Merapi, keberadaan Candi Sewu pertama kali ditemukan oleh pedagang Belanda bernama Cornelius Antonie Lons pada 1733 M. Setelah itu, pada 1806 M-1807 M, arkeolog Belanda, Hermann Cornelius, menggali Candi Sewu dan menciptakan litograf pertama candi utama dan candi pendampingnya.

Jika sahabat lensa berkunjung ke sini, maka bisa pula melihat pertunjukan pentas seni yang diadakan di setiap hari Selasa, Kamis, dan Jumat. Namun, pentas seni ini bisa sahabat saksikan di komplek Candi Prambanan. Pentas ini mementaskan seni tari, musik Jawa, dan drama. Pentas seni ini biasanya dimulai pukul 19.30 – 21.30 WIB.

Karena jam operasional yang sudah menyesuaikan terbit dan terbenamnya matahari. Sahabat bisa menikmati sunrise dan sunset di komplek candi, serta bisa menjadikan moment tersebut sebagai latar belakang berfoto. Apalagi jika pengambilan foto berlawanan dengan cahaya matahari dan akan menghasilkan siluet yang sangat instragamable.

Hal penting, jika ingin berkunjung ke sini sahabat harus membayar tiket masuk sebesar, Rp40.000,- untuk orang dewasa dan Rp20.000,- untuk anak. Selain itu, untuk biaya parkir kendaraan sebesar Rp2000,- untuk kendaraan beroda 2, dan Rp5000,- untuk kendaraan roda empat. (LH/L44)

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *