Lensa Manca

Turki dan Negara Barat Saling Balas ‘Travel Warning’ Usai Aksi Bakar Al Quran

Turki dan sejumlah negara Barat saling balas travel warning atau peringatan perjalanan, di tengah ketegangan akibat aksi pembakaran Al Quran di Swedia dan Denmark.

Hal itu bermula pada Jumat (27/1) lalu, saat beberapa kedutaan besar di Ankara termasuk Amerika Serikat, Jerman, Prancis dan Italia, mengeluarkan peringatan keamanan untuk warganya di Turki yang menandai “kemungkinan serangan balasan oleh teroris” usai insiden pembakaran Al Quran.

Kementerian luar negeri Swedia, juga menyarankan warganya di Turki untuk menghindari keramaian dan demonstrasi, pada Sabtu (28/1).

“Warga Swedia di Turki diminta untuk mengikuti perkembangan yang terjadi dan menjauhi kerumunan massa dan demonstrasi,” demikian pernyataan Kemlu Swedia yang dikutip Reuters, Selasa (31/1).

Di hari yang sama, Turki juga mengeluarkan peringatan bagi warganya yang tinggal di Eropa dan Amerika Serikat.

“[Turki memperingatkan] kemungkinan serangan Islamofobia, xenofobia, dan rasisme [di AS dan Eropa],” demikian pernyataan resmi pemerintah Turki.

Dua hari setelah peringatan Turki, Kedubes AS di negara itu memperingatkan warganya terkait kemungkinan serangan teroris di gereja, sinagog dan kantor perwakilan mereka di Istanbul.

“Kemungkinan serangan balasan dari teroris [bisa terjadi di daerah yang sering dikunjungi orang Barat],” demikian peringatan Kedubes AS di Turki.

Saling balas peringatan itu muncul saat ketegangan Turki dan Barat meningkat. Ketegangan ini sebenarnya berakar dari Swedia dan Finlandia yang ingin bergabung dengan NATO. Namun, upaya itu membutuhkan persetujuan dari seluruh anggota NATO, salah satunya Turki.

Turki yang merupakan anggota NATO sejak 1952, tidak kunjung memberikan restu Swedia untuk masuk ke NATO.

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdoğan pun melayangkan sejumlah syarat kepada Swedia dan Finlandia jika ingin mendapat restu Ankara masuk NATO. Salah satu syarat itu adalah memulangkan sejumlah aktivis Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang kabur dari Turki ke negara itu.

Selama ini, Turki menganggap PKK sebagai kelompok teroris. Meski demikian sejumlah pihak di Swedia menganggap syarat ini berlebihan.

Hal ini memicu demo di Stockholm pecah. Sejumlah warga memprotes Erdoğan yang meminta sejumlah syarat jika Swedia mau mendapatkan restu Turki untuk masuk NATO.

Mereka pun menggelar aksi, yang salah satu aksi itu dihadiri Paludan yang membakar Al Quran.

Aksi pembakaran Al Quran ini dianggap memicu islamofobia. Warga di sejumlah negara mayoritas muslim pun menggelar aksi memprotes Paludan. (SC/L44)

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *