Lensa JogjaLensa KulinerLensa Wisata

Tradisi Masjid Sabilurrosyad Berbuka dengan Bubur Sayur Krecek

Berbicara soal Ramadan, di beberapa daerah punya tradisi masing-masing saat berbuka puasa. Salah satunya di Masjid Sabilurrosyad, Pandak, Bantul, Yogyakarta, yang punya sebuah tradisi yang berjalan sudah ratusan tahun.

Tradisinya yakni berbuka dengan bubur sayur krecek. Sepiring bubur putih inilah yang selalu dinantikan warga setelah seharian berpuasa. Bahkan, para remaja, anak-anak, hingga orang tua pun menikmati sajian khas berbuka ini bersama segelas teh manis di Masjid Sabiilurrosyaad yang sudah berusia ratusan tahun ini.

Tradisi ini sudah ada sejak abad ke enam belas, seiring berdirinya Masjid Sabilurrosyad. Masjid bersejarah ini adalah warisan seorang tokoh ulama Islam Panembahan Bodo, murid Sunan Kalijaga.

Tak hanya teksturnya yang lembut, rupanya menu bubur syarat akan kandungan makna. Konon oleh para ulama terdahulu makanan ini digunakan sebagai sarana syiar agama Islam untuk mengambil hati masyarakat.

Makna Bubur sebagai Menu Berbuka

Bubur yang bermakna tentang kebaikan dan kelembutan, agar warga dengan mudah memahami agama Islam di masa itu.

“Ini dengan semangat nguri-nguri kabudayan, dan juga dengan kesadaran dan keyakinan bahwa takjil dengan bubur ini mengandung nilai yang adiluhung. Karena ini berisi pesan moral, pesan nilai dan pesan dari syiar agama Islam,” ungkap Hariyadi, takmir Masjid Sabilurrosyad.

Di samping penuh akan sarat makna, tekstur bubur sendiri yang lembut banyak disukai oleh berbagai kalangan karena dianggap aman dan sehat bagi lambung sebagai pengisi kekosongan perut setelah seharian berpuasa.

“Berbuka dengan menggunakan bubur itu perut kita menjadi enteng ga begitu berat, karena perut seharian kosong itu teksturnya lembut dan mengenyangkan,” ujar Astuti, salah seorang jamaah.

Selama satu bulan penuh, pihak takmir masjid menyediakan 20 kilogram beras untuk membuat sekitar 300-400 porsi bubur setiap harinya.

Dulunya, bubur di sini disajikan dengan sayur lodeh. Namun, seiring berjalan waktu menu lauknya berganti dengan sayur krecek dengan tambahan mie lethek serta ada tambahan telur ayam.

Di serambi samping masjid inilah sejumlah juru masak yang juga turun temurun selalu menyiapkan bubur untuk takjil di masjid.

Bahkan, terkadang tradisi ini dimanfaatkan warga sekitar untuk berkumpul dengan saudara yang datang dari luar daerah.

Penulis: Joko Pramono

Editor/redaktur: Rizky/Wara

Baca : https://lensa44.com/jam-bancet-masjid-sabilurrosyaad-bantul-kisah-dan-sejarahnya/

Share