Lensa Manca

Pertama Kali dalam Sejarah, Pesawat Listrik Lintasi Selat Selandia Baru

Untuk pertama kalinya dalam sejarah, Gary Freedman menjadi orang pertama yang terbang melintasi Selat Cook, Selandia Baru, menggunakan pesawat listrik. Peristiwa tersebut bertepatan dengan KTT Iklim PBB yang sedang berlangsung di Inggris.

Penerbangan solo lintas selat tersebut dilakukan selama 40 menit. Uniknya, penerbangan pesawat kecil dengan dua tempat duduk tersebut terjadi 101 tahun setelah orang pertama menerbangkan pesawat konvensional di atas perairan yang memisahkan dua pulau utama Selandia Baru, negara di Pasifik Selatan.

“101 tahun lalu, Euan Dickson menjadi orang pertama yang terbang di atas Selat Cook. Butuh 100 tahun bagi kita untuk mengubah sistem propulsi untuk menjauh dari bahan bakar cair,” ujar Freedman, dikutip dari VOA pada Kamis (4/11).

Penerbangan yang dilakukan pada Senin (1/1) tersebut sekaligus menarik perhatian bagi penerbangan yang lebih ramah lingkungan, serta dilakukan bertepatan dengan pembukaan KTT iklim PBB yang diadakan di Glasgow, Skotlandia, Inggris.

Pejabat Bandara Internasional Wellington memercayai bahwa penerbangan tersebut merupakan jarak terjauh yang ditempuh oleh sebuah pesawat listrik dalam melintasi perairan mana pun.

Freedman menambahkan, penerbangan pada hari tersebut diawali dengan hujan lebat di lokasi keberangkatan, di dekat Kota Blenheim. Setelah 15 menit menunda penerbangan, cuaca pun cukup cerah untuk melakukan lepas landas. Alhasil, kondisi cuaca kemudian menjadi cerah di atas samudera.

Di luar ekspektasi, teknologi pesawat tersebut bagi Freedman bekerja lebih baik dari yang dia harapkan. Sebab, daya baterai yang tersisa sebesar 40 persen.

Sosok pendiri perusahaan ElectricAir tersebut mengatakan bahwa ia sudah lama menaruh perhatian pada kondisi lingkungan. Ide untuk membuat pesawat listrik muncul ketika ia menyadari bahwa terdapat ketidaksesuaian antara mengendarai mobil listrik dan menerbangkan pesawat bertenaga bahan bakar minyak.

Pesawat tersebut memiliki berat kurang dari 400 kilogram dan tidak sebising pesawat pada umumnya. Untuk menempuh perjalan 78 kilometer, Freedman hanya perlu menerbangkannya pada ketinggian 305 meter di atas permukaan laut, dengan kecepatan yang relatif lambat yakni 130 kilometer per jam. (DY/L44)

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *