Lensa Jogja

Peringati Harganas, Bantul Harapkan Zero Stunting

Puncak peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-29 di Kabupaten Bantul tahun ini, masih diwarnai isu stunting. Meski dari tahun ke tahun angka kasusnya terus mengalami penurunan, namun masih diperlukan upaya pembenahan dalam keluarga, dalam meningkatkan kualitas kesehatan dan gizi, serta pengasuhan anak yang cukup.

Sebab, kasus stunting memiliki potensi sebagai ancaman dalam mewujudkan generasi yang berkualitas. Sebagaimana tema yang diusung, dalam peringatan puncak Harganas di Kabupaten Bantul, pada Rabu (29/6), pemerintah mengajak seluruh keluarga agar berperan dalam mewujudkan Bantul zero stunting.

Abdul Halim Muslih, Bupati Bantul, saat membuka kegiatan itu di Pasar Seni Gabusan, menegaskan pihaknya akan terus berkoordinasi dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) untuk mengatasi masalah stunting melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Bantul.

Ke depannya, setiap keluarga di Bantul bakal menjadi locus mengatasi berbagai masalah, baik pendidikan, kesehatan, termasuk stunting. Bahkan, sejumlah program juga telah dilakukan melalui program pemberdayaan masyarakat berbasis pedukuhan, untuk mengerahkan Tim Pendamping Keluarga (TPK), untuk mewujudkan Bantul zero stunting.

“keluarga ini penting, karena keluarga ini muara dan sumber kegiatan, ada di keluarga. Kita bisa tangguh itu bermula dari keluarga-keluarga tangguh,” kata Abdul Halim Muslih.

Diketahui, capaian stunting di triwulan pertama tahun ini mencapai 6,72%, menurun dibandingkan akhir tahun lalu, yakni 8,36%.

Pemkab Bantul juga bakal mengalokasikan anggaran melalui program pemberdayaan masyarakat berbasis pedukuhan, masing-masing  sebesar Rp50 juta di 933 pedukuhan, yang satu di antara pemanfaatannya adalah guna mencegah stunting melalui posyandu.

Sementara upaya lainnya, DP3AP2KB Bantul  juga telah memiliki TPK sebanyak 1218 tim, yang bergerak melakukan pendampingan dari pra nikah hingga paska persalinan.

“Upaya kita yang paling kita utamakan adalah promotif peventif, makanya kita punya program 3 bulan sebelum menikah, jadi kita melakukan pendampingan ke ibu itu 3 bulan sebelum menikah,” ujar Ninik Istitarini, Kepala DP3AP2KB Kabupaten Bantul (JACK/L44)

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *