Lensa Terkini

Membenarkan Dihapusnya Mural Kritik Pemerintah, Faldo Diserang Balik Warganet

Aktivis sekaligus politikus yang kini telah menjadi Staf Khusus Menteri Sekretaris Negara (Stafsus Mensesneg), Faldo Maldini, kini menjadi buah bibir warganet lantaran statemennya yang tampak membela aksi penghapusan mural yang ada di beberapa tempat oleh pihak berwajib.

Bermula dari naiknya kabar adanya mural bergambar kritik kepada Presiden Jokowi di beberapa dinding sepanjang jalan, yang kemudian dihapus oleh kepolisian. Tiga mural tersebut bertuliskan, “Dipaksa Sehat Di Negara Yang Sakit”, “Tuhan Aku Lapar”, dan “404: Not Found” beserta gambar Presiden Joko Widodo.

Tindakan yang dilakukan oleh aparat kepolisian dengan menghapus mural-mural tersebut semakin meyakinkan masyarakat bahwa saat ini pemerintah menjadi anti kritik. Setelah kritik digital oleh mahasiswa yang pada akhirnya dibatasi, kini tembok jalanan pun turut dibungkam.

“Jadi, mural itu, ga salah. Kalau ada ijinnya. Kalau tidak, berarti melawan hukum, berarti sewenang-wenang. Makanya, kami keras. Ada hak orang lain yang dicederai, bayangkan itu kalau tembok kita, yang tanpa ijin kita. Orang yang mendukung kesewenang-wenangan, harus diingatkan.” Kata Faldo dalam cuitannya menanggapi penolakan warganet terhadap tindakan kepolisian, Jumat (13/8).

Faldo menyebut, tidak ada yang salah dengan isi kritiknya dan semua kritik dari rakyat akan dijawab dengan kinerja yang baik oleh pemerintah. Ia juga berharap seluruh masyarakat untuk bersama menjaga dengan menyampaikan kritik dengan baik.

Terkesan membela aksi kepolisian, Faldo menuai banyak kecaman dari warganet. Tak ada yang lupa bagaimana dulu Faldo menjadi yang paling keras suaranya dalam menyampaikan kritik kepada pemerintah. Nama Faldo lantas menjadi tranding topik di jagad twitter.

“Tiap baca Faldo blunder selalu ingat masa-masa doi jadi idola dan panutan anak-anak BEM, termasuk hamba. Kok bisa ya perubahannya begitu cepat dan nyata.” Tulis akun @nabiylarisfsa

Penulis Uly Siregar juga mengeluarkan pendapatnya, “Seni, termasuk mural bermuatan pesan politis, adalah salah satu metode protes/perlawanan nonviolent oleh rakyat terhadap penguasa. Sebagai mantan aktivis, seharusnya Faldo paham untuk lebih fokus pada pesan yang disampaikan.” (AKM/L44)

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *