Lensa JogjaLensa Terkini

Jatam Sedayu Budidaya Kemukus untuk Pasar Ekspor

Jamaah Tani Muhammadiyah (Jatam) Kapanewon Sedayu, Bantul Yogyakarta, didampingi Pimpinan Cabang Muhammadiyah, bersama Majelis Pemberdayaan Masyarakat Pimpinan Daerah Muhammadiyah (MPM PDM) Bantul terus melakukan pengembangan budidaya Kemukus.

Lewat program unggulan baru Kader Muhammadiyah yakni Jatam Farm Kemukus, mereka memulai program ini dengan penanaman perdana bibit tanaman kemukus di area lahan wakaf Kalijoho, Argosari.

“Pimpinan cabang Muhammadiyah Sedayu mengawali klaster budidaya kemukus, yang selanjutnya nanti disusul oleh pimpinan cabang yang lain. Karena di Bantul ini, sebagian besar jamaah kita adalah petani,” kata Ngadikan, ketua Jatam Sedayu.

“Kemudian yang tidak kalah penting dari petani yaitu adalah UKM-nya. UKM nanti yang menjadi amal usaha Muhammadiyah yang akan kita kembangkan,” lanjutnya.

Sementara itu, Rudy Suharto selaku ketua MPM PDM Bantul mengungkapkan kemukus ini adalah tanaman sejenis rempah yang merupakan tumbuhan endemik asli Indonesia yang nilai jualnya cukup tinggi.

Di mana, kebutuhan pasar internasional terhadap komoditas ini sangat besar, tapi supply-nya masih kecil. Terutama yang dihasilkan dari budidaya pertanian organik.

Tanaman Komoditas Ekspor

“Kami memilih tanaman kemukus karena yang pertama adalah dari informasi yang didapat kemukus adalah tanaman komoditas ekspor. Yang menjadikan permintaan pasar saat ini masih cukup besar. Yang kedua tanaman kemukus ini adalah tanaman bermusim. Sehingga saat kita menanam sekali bisa dipanen bertahun-tahun sepanjang perawatannya ada,” ungkap Rudy.

Seperti yang diketahui, di Indonesia, saat ini mampu memenuhi kuota ekspor sekitar dua persen, sehingga tanaman tersebut memiliki peluang ekonomi yang masih besar dan lebar.

Namun, 90 persen keberhasilan budidaya kemukus ditentukan oleh kondisi penyuburan tanah melalui sistem pertanian organik sesuai dengan minat pasar ekspor.

Di pasar ekspor, tanaman rempah ini kebanyakan diperlukan sebagai bahan obat, kosmetik, hingga kuliner di Eropa. Untuk harga per kilogramnya, saat ini biji kemukus dalam keadaan basah senilai Rp 40.000. Sedangkan dalam kondisi kering bisa mencapai Rp190.000.

Meski dibutuhkan dua tahun dari awal pembibitan hingga panen perdana, usia pohon kemukus sangat panjang. Sehingga bisa diwariskan kepada anak-cucu ke depan.

Tanaman sejenis rempah tersebut bersifat epifit. Tumbuh dan hidup secara merambat, dengan menempel pada pohon lainnya. Sehingga diperlukan pohon inang sebagai tajarnya. Di lahan seluas 1500 meter persegi ini, rencananya nanti bakal ditanam 400-an bibit tanaman kemukus. Lahan ini merupakan satu dari 42 tanah wakaf kader Muhammadiyah yang telah berhasil dimanfaatkan.

Budidaya kemukus adalah langkah awal menuju kegiatan ekonomi terpadu yang dikelola oleh jamaah tani Muhammadiyah (jatam), Sedayu, dan telah dikukuhkan oleh pengurus cabang Muhammadiyah Sedayu, di Mushola Nurul Iman, Kalijoho, Sedayu, Bantul.

Penulis: Joko Pramono

Editor/redaktur: Rizky/Wara

Baca Juga : https://lensa44.com/budidaya-vanili-si-emas-hijau-yang-mulai-berkilau/

Share