Lensa Manca

Waspadai Krisis Iklim, PBB Peringatkan Amerika, Tiongkok dan India

Pertemuan yang melibatkan kurang lebih 200 perwakilan dari setiap negara berkumpul di Mesir pada Senin (7/11), untuk membahas mengenai keadaan iklim yang semakin parah.

Hal ini dilakukan untuk membahas pasca konferensi di Paris pada tahun 2015 yang menghasilkan tujuan jangka panjang mereka untuk menjaga suhu global tidak naik lebih dari 1,5 derajat celcius.

Hingga saat ini diperkiraan suhu akan meningkat 2,8 celcius lebih tinggi hingga akhir tahun. Dilansir dari UN Emissions Gap Report, ABC News, Selasa (8/11), setiap negara harus mengurangi emisi untuk mewujudkan tujuan jangka panjang mereka. Jika setiap negara mampu melakukan hal tersebut, suhu global akan menurun 1,9 hingga 1,8 celcius.

Ani Dasgupta, Presiden sekaligus CEO dari Word Resources Institue, mengatakan bahwa setiap penurunan suhu akan sangat berharga. Jika tidak dapat menyentuh angka yang sudah ditetapkan maka ke depannya segala aspek akan semakin sulit akibat krisis iklim.

Selanjutnya, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antoni Guterres, menekankan bahwa krisis iklim yang sedang dihadapi sangat penting.

“Emisi gas rumah kaca dan suhu global terus meningkat. Planet kita akan mendekati titik terendah krisis yang dapat menyebabkan kekacauan iklim. Kita sedang berada di jalan menuju neraka iklim,” pungkasnya.

Guterres juga menekankan kepada Amerika, Tiongkok, dan India untuk bekerjasama dalam isu ini karena mereka merupakan penyumbang terbesar emisi di bandingkan negara-negara yang lain.

Dampak dari krisis iklim tidak hanya terkait bencana cuaca yang akan terjadi, tetapi akan berdampak besar juga bagi keadaan ekonomi di dunia. (AN/L44)

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *