Lensa Jogja

Satgas PPA Bantul Diakui Mampu Menurunkan Angka Kekerasan

Satuan Tugas (Satgas) Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Bantul adalah sebagai garda terdepan perlindungan perempuan dan anak. Belum lama ini kiprah Satgas PPA Bantul diakui telah banyak memberikan sumbangsih dalam mewujudkan kabupaten yang ramah anak.

Meski dengan sumber daya yang terbatas, diakui banyak kasus yang telah berhasil ditangani oleh Satgas PPA Bantul. Baik kasus kekerasan anak dan perempuan, hingga menekan angka pernikahan usia dini.

Capaian itu pun menuai apresiasi dari pemerintah Kabupaten Bantul. Kabupaten Bantul saat ini tengah berupaya menguatkan posisinya sebagai daerah yang memiliki sistem pembangunan berbasis hak anak serta memberikan perlindungan perempuan.

Kinerja seluruh satgas ini merupakan wujud dukungan terhadap misi besar Kabupaten Bantul. Dengan mengintegrasikan seluruh sumber daya yang ada agar memiliki program yang terencana dan berkelanjutan. Saat ini Kabupaten bantul telah meraih level utama kabupaten layak anak. Diharapkan di tahun 2025 nanti ditargetkan akan mampu mencapai level paripurna.

“Karena kita punya misi mewujudkan Bantul menjadi kabupaten layak anak yang paripurna. Peranan Satgas PPA ini sungguh sangat strategis. Karena kasus-kasus kekerasan pada anak, kasus-kasus pernikahan dini, ini masih cukup signifikan jumlahnya di Bantul yang harus kita tekan.” kata Abdul Halim Muslih, Bupati Bantul.

“Nah untuk menekan itu diperlukan sumber daya manusia yang mampu melakukan sosialisasi sampai ke bawah. Dan mampu menangani kalau ada kasus-kasus yang menimpa anak-anak kita. Maka di sinilah perlunya satgas satuan tugas PPA perlindungan perempuan dan anak,” lanjutnya.

Kasus Persoalan Anak dan Perempuan di Bantul Alami Penurunan yang Signifikan

Berkat kegigihan para pejuang PPA ini, Bantul telah mencapai kemajuan yang cukup signifikan dalam mengatasi persoalan anak dan perempuan. Bahkan diakui mampu menurunkan angka kasus dari sebelumnya 272 kasus di tahun 2022, di tahun 2023 turun menjadi 206 kasus.

“Kenapa kita sangat antusias untuk menyingsingkan (lengan, red.) ini? Karena supaya korban-korban ini segera tertangani. Karena jangan dibiarkan seperti itu lagi apalagi pada anaknya karena pada anak ini efeknya nanti bisa jadi jangka panjang,” ujar Ninik Istitarini, Kepala Dinas P3APPKB Bantul.

Sejak dikukuhkan bulan Juni 202, Satgas PPA yang kini beranggotakan 60-an orang ini telah mampu menjangkau 75 kalurahan di 17 kapanewon. Namun, baru 300-an pedukuhan yang mampu disasar dari 933 padukuhan yang ada. Dengan berbagai kendala yang dihadapi diharapkan di tahun selanjutnya mampu menjangkau secara keseluruhan.

“Kendalanya sih hanya pada pemahaman masing-masing pedukuhan, masing-masing kelurahan yang belum rata. Sehingga ada beberapa kalurahan yang belum menganggarkan atau mengalokasikan anggaran untuk sosialisasi keamanan anak,” ungkap Muhammad Zainul Zein, Ketua Satgas PPA Bantul.

“Harapan kami nanti ada sebuah kebijakan yang ‘mandatori’ dari kabupaten sehingga seluruh pedukuhan yang belum itu nanti di tahun 2024 dan 2025 menganggarkan untuk sosialisasi ini,” sambungnya.

Dalam agenda silaturahmi anggota satgas PPA yang digelar di Homestay Mbah Mul, Mangunan, Dlingo, Bantul, Yogyakarta juga turut dilaksanakan program self healing.

Program tersebut sebagai salah satu strategi untuk memberikan energi baru bagi para pejuang PPA ini setelah setahun berkutat dengan permasalahan yang ada.

Penulis: Joko Pramono

Editor/redaktur: Rizky/Wara

Baca Juga : https://lensa44.com/uu-tpks-sah-polri-percepat-pembentukan-direktorat-ppa/

Share