Lensa Terkini

Review Film Inang: Konsep Horor Unik, Sayang Eksekusinya Tanggung

Inang adalah sebuah film horor Indonesia yang disutradarai Fajar Nugros. Film berdurasi 1 jam 56 menit ini merupakan film horor pertama dari Fajar Nugros.

Fajar Nugros sebelumnya lebih banyak menyutradarai film bergenre komedi. Oleh karena itu, tidak heran jika kalian akan dibuat terkekeh dengan beberapa adegan komedi di dalam film Inang.

Inang menceritakan seorang ibu hamil bernama Wulan, yang diperankan oleh Naysilla Mirdad. Penonton akan diajak untuk mengikuti perjuangan Wulan yang seorang diri menjaga buah hati yang dikandungnya karena ia ditinggal kekasihnya.

Wulan akhirnya bertemu dengan Keluarga Santoso yang bersedia mengadopsi anaknya dan memberinya tempat tinggal sementara. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, Wulan mulai menyadari keanehan dalam rumah Keluarga Santoso.

Bagaimanakah kelanjutannya? Apakah yang disembunyikan Keluarga Santoso? Semuanya akan terjawab dalam film yang mendapat skor 7/10 di IMDB ini.

Mengusung tema horor yang sudah sangat mainstream di Indonesia, Inang membawa nuansa baru. Penggunaan salah satu budaya tradisional Jawa, yaitu Rabu Wekasan, membuat Inang serasa dekat dengan masyarakat.

Alur cerita juga bisa dibilang cukup solid. Meskipun sederhana, cerita yang disajikan menarik sehingga perhatian penonton akan terjaga sepanjang film. Cerita juga ditutup secara memuaskan sehingga film berasa benar-benar selesai.

Selain itu, akting pemain dalam film ini juga bagus. Naysilla Mirdad berhasil membawakan karakter Wulan dengan baik. Penonton turut dibawa merasakan keputusasaan Wulan dalam memperjuangkan buah hati yang dikandungnya.

Tidak hanya Wulan, karakter pendamping dalam film ini juga dimainkan secara apik. Rukman Rosadi dan Lydia Kandou sukses memerankan pasangan Keluarga Santoso dengan baik. Akting mereka sebagai induk semang yang mengayomi sungguh memukau.

Meskipun demikian, film ini juga memiliki beberapa kekurangan. Eksekusi Fajar Nugros untuk membangun nuansa horor dalam film terasa ada yang kurang. Kemunculan situasi-situasi horor seperti dipaksakan dan terlalu terburu-buru. Hal tersebut membuat film ini terkesan murahan.

Kemudian, tone cerita terasa sangat berubah pada pertengahan babak kedua film. Tone yang sebelumnya sudah dibangun dengan bagus sejak awal film, serasa langsung diobrak-abrik.

Meskipun demikian, film ini tetap cocok menjadi pilihan bagi kalian penggemar horor. Jika boleh menilai, film ini mendapat skor 7,5/10. Meskipun eksekusinya dirasa kurang, namun konsep yang dibawa dalam film ini terasa fresh dan menarik. (ANS/L44)

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *