Lensa JogjaLensa Terkini

Model Jembatan Plengkung Rancangan Finalis KJI 2023 Diuji

Memasuki hari ketiga Kompetisi Jembatan Indonesia (KJI) 2023, kategori model jembatan plengkung mulai dilakukan penilaian oleh 14 dewan juri.

Bertempat di Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), dalam kategori ini diikuti oleh 10 finalis KJI 2023 yang digelar oleh Pusat Prestasi Nasional (Puspresnas).

Desain model jembatan plengkung yang dirancang oleh para calon arsitek jembatan muda pun cukup beragam, dengan kreatifitas dan keunggulan masing-masing yang telah diperhitungkan sebelumnya.

Dari hasil uji yang dilakukan oleh dewan juri, ada beberapa aspek yang dinilai mulai dari perencanaan, perancangan, perakitan, perawatan, serta optimalisasi produk.

Usai ditimbang berat keseluruhan rangka, setiap desain ruang jembatan juga dilakukan uji dimensi dengan memasukkan balok clearance. Selanjutnya dilakukan uji beban dengan alat dial gauge untuk menghitung tingkat lendutan konstruksi jembatan saat menahan beban seberat 300 kilogram.

Perlombaan kali ini memang menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi setiap tim. Sebab di pagelaran KJI yang ke-18 tersebut, tingkat kesulitannya mulai ditingkatkan.

Yang menjadi spesial di tahun ini, dewan juri menekankan ketentuan desain optimum. Bahwa setiap produk rancangan jembatan harus benar-benar diperhitungkan secara matang dan optimal, baik kekuatan rangka jembatan disesuaikan dengan kondisi wilayah, serta optimalisasi lendutan saat menahan beban.

“Kali ini kita sudah sampai apa yang kita sebut, desain optimum. Jadi harus optimum, karena di ilmu teknik sipil yang paling diperlukan pada bangunan itu adalah kekuatan,” kata Fauzri Fahimuddin, ketua dewan juri KJI 2023.

Dalam perlombaan ini, dewan juri menegaskan kepada setiap tim bahwa dalam kompetisi tersebut menang kalah bukan yang utama. Namun, menjadi bekal mereka ke depan karena telah melalui sebuah proses panjang sebagai seorang calon arsitek perancang jembatan profesional yang sangat dibutuhkan oleh negara.

“Mereka semua sudah berlatih, ‘owh seperti apa saya mau membuat jembatan itu?’, ‘kalau desainnya bagus tapi dilaksanakannya susah buat apa?’ Dan sebagainya-sebagianya. Itulah nilai-nilai yang ingin kita tumbuhkan. Kalau di kampus kita menyebut namanya atmosfir akademik dan itu akan mereka alami setelah mereka bekerja sebagai profesional-profesional yang sebenarnya,” ungkap Fauzri.

Dalam kategori jembatan pelengkung ini, diikuti 10 tim dari berbagai perguruan tinggi di tanah air. Sebelum dinyatakan lolos sebagai finalis, setiap tim ini telah melewati serangkaian proses mulai dari pengajuan proposal, presentasi desain, perakitan, hingga memenuhi kelengkapan K3 (kesehatan dan keselamatan kerja) dan peralatan yang diperlukan.

Penulis: Joko Pramono

Editor/redaktur: Rizky / Wara

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *