Lensa Wisata

Merti Umbul Temanten, Upaya Pelestarian Sumber Mata Air di Yogyakarta

Sebagai upaya pelestarian sumber mata air, sejumlah pelestari budaya di Sleman menggelar tradisi Merti Umbul Temanten pada Sabtu (28/8). Acara ini turut melibatkan Balai Taman Nasional Gunung Merapi, pemerhati, dan pengguna sumber mata air Umbul Temanten.

Kegiatan tersebut ditandai dengan melakukan penanaman sembilan pohon nyamplung dan sembilan pohon gayam di area Umbul Temanten yang terletak di aliran Kali Kuning, Umbulharjo, Cangkringan, Sleman.

Umbul Temanten merupakan salah satu jantung sumber mata air Yogyakarta. Kehadiran Umbul Temanten ini tidak terlepas dari adanya dua umbul di dalamnya, yakni Umbul Lanang dan Umbul Wadon. Umbul Temanten memiliki peran penting dalam kesejahteraan masyarakat. Tidak hanya sebagai saluran irigasi persawahan setempat saja, air dari Umbul Temanten juga disinyalir menjadi mata air yang mengalir hingga pelosok daerah di Yogyakarta.

Ahmadi, Kepala Sub Bagian Tata Usaha Taman Nasional Gunung Merapi, menyatakan bahwa umbul ini sebelumnya sempat mati dan tidak berfungsi. Namun, pasca erupsi besar Gunung Merapi pada 2010 silam, mata air Umbul Temanten kembali mengalir seiring dengan hijaunya kembali kawasan di area Merapi.

Kondisi pandemi COVID-19 menyebabkan kegiatan Merti Umbul Temanten digelar secara sederhana dan menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Kegiatan ini diawali dengan ritual tradisi dan doa bersama yang dipimpin oleh segenap pelestari budaya setempat. Kemudian, dilanjutkan dengan penanaman 18 pohon yang terdiri dari 9 pohon nyamplung di area Umbul Lanang dan 9 pohon gayam di area Umbul Wadon.

Penanaman pohon ini bukan hanya berperan sebagai bentuk penghijauan lingkungan lereng Merapi saja, namun dalam filosofi Jawa kedua pohon ini memiliki arti tersendiri yakni sebuah harapan untuk dapat menjadi penopang keselarasan alam.

Selain sebagai wujud syukur atas segala limpahan berkah, ritual ini juga bertujuan untuk memohon perlindungan kepada Tuhan untuk kelestarian alam sekitar agar terhindari dari kerusakan lingkungan maupun bencana, mengingat aliran sungai ini juga merupakan aliran utama lahar dingin Merapi (da-L44).

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *