Lensa JogjaLensa Terkini

Hanum Rais Tentang Kekuasaan

Penulis buku ternama yang juga seorang politisi, Hanum Rais, mengungkapkan pandangan hidupnya tentang kekuasaan yang dinilai sangat berpengaruh di kehidupan berpolitiknya.

Melalui video yang dibagikan di akun Instagram pribadinya @hanumrais, pada Senin (1/5), Hanum menceritakan alasan dirinya meninggalkan salah satu partai yang pernah ia cicipi.

“Karena selama ini sering terjadi perang batin dalam diri saya, berpartai berpolitik, karena bagi saya, prinsip saya berpolitik tidak semata-mata mencari kekuasaan,” ungkapnya.

Penulis buku trilogi itu juga meyakini, bahwa partai politik adalah alat perjuangan, yang tidak hanya untuk mencapai kekuasaan tapi kemaslahatan. Namun, kebijakan partai yang selama ini ia naungi itu, sudah tidak lagi mencerminkan aspirasi suara rakyat yang diwakilinya.

“Dan juga mencederai nilai-nilai dan prinsip khittah perjuangan, semangat reformasi, visi dan misi yang selama ini sudah dibangun,” tegasnya.

Hanum menjelaskan, kekuasaan seharusnya bukan tentang memenangkan tetapi juga menenangkan, ketika aspirasi konstituen yang ia wakili (sebagian besar warga persyarikatan Muhammadiyah dan Aisyiyah) kerap tak selaras dengan kebijakan politik tersebut.

Contohnya, kata dia, tentang 3 periode, UU Ciptaker Omnibuslaw, UU KPK, kebijakan impor ini itu, hingga teranyar mengabdi pada calon pimpinan nasional yg berbeda ideologi dan fatsoen politiknya.

“Di situlah kemudian kekuasaan dan pengaruh yg saya miliki sebagai wakil rakyat, tak menenangkan. Hingga saya akhirnya memutuskan mundur sekaligus menemukan alat perjuangan lain yang lebih murni dan mandiri, tak terkooptasi,” lanjutnya.

Saat ditanya apakah meninggalkan partai yang pernah ia cemplungi dan bergabung dengan Partai Ummat saat ini merupakan perintah dari ayahandanya, Amien Rais, ia menjawab dengan tegas bukan atas perintah beliau.

“Tidak, sama sekali tidak seperti itu. Saya mengikuti cara berpolitik Pak Amien, prinsip utama berpolitik tidak semata mencari, mengejar, menghamba pada kekuasaan. Termasuk yang sudah diteladankan kakak saya Hanafi Rais,” jelasnya.

Hanum Rais juga menjelaskan dua tiga parpol pernah mendatangi dan menawarkan posisi karpet merah. Tetapi, ia malah menaruh perhatian khusus akan konsistensi Partai Ummat yang terus bergerak melawan kezaliman dan menegakkan keadilan, aktif menyuarakan kepentingan nasional dan umat, terlepas dari partai baru, bisa jadi satu-satunya partai baru yg tidak membebek.

“Saya makin salut, dalam perjalanan menembus verifikasi faktual, partai ini dijegal, dihantam, digiringkan opini media yg tidak-tidak, justru membuat saya semakin yakin bahwa Partai Ummat adalah alat perjuangan yang baru bagi saya,” ungkapnya.

Sebagai anak muda, Hanum Rais ingin memberi pelajaran pada dirinya sendiri, bahwa kekuasaan bukanlah segala-galanya. Jika orang lain mundur karena memang tidak memiliki kuasa atau jabatan strategis, ia mundur justru ketika memegang tampuk, ia pun juga bahwa sadar tampuk itu tak memberi keberkahan lagi pada hidup. (SC/L44)

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *