Lensa MancaLensa Terkini

Gencatan Senjata di Sudan Diperpanjang Jadi 7 Hari

Dua kubu yang saling bertikai di Sudan antara Angkatan Bersenjata Panglima Militer Sudan Abdel Fattah al-Burhan (SAF) dan Paramiliter Rapid Support Forces (RSF) telah menyepakati untuk memperpanjang gencatan senjata menjadi 7 hari lebih lama mulai hari Kamis (4/5) besok.

Melansir dari Reuters, Rabu (3/5), Kementerian Luar Negeri Sudan Selatan mengatakan bahwa mediasi yang dilakukan oleh presidennya, Salva Kiir, telah membuat kedua belah pihak menyetujui gencatan senjata selama seminggu, mulai dari Kamis (4/5) hingga Kamis (11/5).

“Kedua belah pihak pada prinsipnya telah menyetujui gencatan senjata selama tujuh hari dari 4 hingga 11 Mei,” ungkapnya dalam sebuah pernyataan, dikutip Rabu (3/5).

Meski demikian, kedua belah pihak tersebut baik dari SAF maupun RSF belum mengomentari laporan tersebut.

Sementara itu, perjanjian gencatan sebelumnya disepakati selama 72 jam yang akan berakhir pada hari ini Rabu (3/5). Gencatan senjata itu gagal menghentikan pertempuran antara faksi-faksi yang bersaing di negara tersebut.

Menurut beberapa laporan, pada hari Selasa (2/5) terjadi lebih banyak serangan udara di Kota Omdurman dan di Bahri. Sementara menurut laporan TV Aljazeera mengatakan pesawat tempur tentara Sudan siap menyerang kubu RSF.

Konflik ini sendiri pecah bermula dengan perbedaan pendapatan dan negosiasi yang gagal antara tentara Sudan Abdel Fattah al-Burhan dan pemimpin RSF Mohamed Hamdan Dagalo yang menjadi bentrokan sengit antara kedua belah pihak pada pertengahan bulan April lalu.

Hal ini pun juga memicu eksodus massal pengungsi dari daerah-daerah yang dilanda konflik dan menyebabkan kematian sedikitnya 528 orang. Sejauh ini perang saudara di Sudan ini telah membuat 100.000 orang melarikan diri melintasi perbatasan.

Meski begitu, banyak penduduk setempat yang terjebak di rumah mereka, dengan kekurangan air, makanan, obat-obatan, dan listrik. Hal inilah yang meningkatkan risiko krisis kemanusiaan karena beberapa bantuan memprioritaskan distribusi bantuan medis ke rumah sakit yang terjebak dalam konflik.

Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) pun juga memperingatkan, jika pertempuran ini tetap berlanjut maka sekitar 800.000 orang dapat melarikan diri ke negara-negara tetangga. (SC/L44)

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *