Lensa Jogja

Dua Sekolah Dasar di Lereng Gunung Merbabu Menjadi Sekolah Penggerak

Untuk mengetahui bakat serta kemampuan para siswa dalam program kurikulum merdeka, pihak sekolah yang berada di lereng Gunung Merapi terus melakukan kegiatan terkait sebagai upaya mendukung program pemerintah.

Pengawas Sekolah Dasar (SD) Negeri di Kecamatan Gladaksari, Boyolali, Sudarwati, mengatakan bahwa sampai saat ini masih ada dua sekolahan yang masuk dalam sekolah penggerak, yakni SDN 1 Ngagrong dan SDN 2 Kembang Gladaksari. 

“Semoga sekolah penggerak ini menjadi percontohan SD yang lainnya. Ya, di Kecamatan Gladaksari ini baru ada dua sekolah penggerak dari jumlah 19 SD yang ada di kecamatan,” katanya kepada wartawan, Kamis (12/1).

Ia pun mengatakan, masing-masing sekolah harus bersinergi dan mau membawa perubahan ke depan dalam bidang pendidikan di Gladaksari. 

“SD di kecamatan ini harus mau bersinergi serta mau membawa perubahan ke depan,” ujar Sudarwati.

Sementara itu, Kepala SDN 2 Kembang, Mulyadi, menjelaskan bahwa kegiatan sekolah penggerak ini berkolaborasi dengan komite sekolah, paguyuban sekolah, karang taruna, masyarakat dan tokoh masyarakat sekitar. Dalam kegiatan ini, mereka menampilkan karya anak-anak, salah satunya adalah seni tari. 

“Seni karya yang dihasilkan dari para siswa ini cukup banyak dan menarik semua. Ada topeng ireng, tari nusantara, rebana dan masih banyak lagi yang lainnya,” kata dia. 

Merespon hal ini, Kepala Bidang (Kabid) Sekolah Dasar Disdikbud Boyolali, Setyawan, menyebut bahwa sampai saat ini sekolah penggerak di Boyolali sudah ada 29 sekolah. Pihaknya mengapresiasi para kepala sekolah yang sudah masuk pada sekolah penggerak.

“Kami sangat mengapresiasi terhadap para kepala sekolah, meski sekolah ini berada di lereng gunung, tapi mereka mau menerima perubahan ke depan,” jelas dia. 

Menurutnya, kurikulum merdeka tersebut adalah kemerdekaan sendiri bagi para pendidik, sekaligus kemerdekaan bagi para siswa, serta kemerdekaan kepala sekolah dalam mengelola satuan pendidikan. 

“Artinya esensi sekolah ini mengembangkan bakat dan minat anak. Jadi guru harus memahami apa minat anak, guru tidak boleh memaksakan keinginan anak,” lanjutnya. 

Mujianto Paulus, selaku fasilitator sekolah penggerak dari Balai Besar Guru Penggerak (BBGP) Provinsi Jawa Tengah, menuturkan bahwa kurikulum merdeka tersebut ada dua jalur, pertama adalah sekolah penggerak dan kedua bukan lewat sekolah penggerak atau jalur mandiri. 

“Jalur sekolah penggerak dipilih berdasarkan kompetensi kepala sekolahnya dan mereka akan mendapat pendampingan selama 3 tahun dari pemerintah,” katanya. 

Ia menambahakan, kegiatan ini sangat efektif dalam rangka sekolah ini mampu melayani kebutuhan siswa dan kegiatan ini masuk pada Project Penguatan Propil Pelajar Pancasila (P5).

“Jadi anak betul-betul dibimbing dan dilatih untuk menerapkan kegiatan yang dapat meningkatkan karakter anak,” pungkasnya. (AR/L44)

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *