Lensa Manca

Pasca Penembakan Massal Beruntun di AS, Biden Serukan Larangan Senjata

Joe Biden, Presiden AS, desak pelarangan senapan laras panjang dan senjata berkapasitas tinggi, pasca serangkaian penembakan massal yang terjadi di AS.

Melansir dari theguardian, Jum’at (3/6), dalam pidatonya di Gedung Putih, Biden minta kongres untuk perkuat pemeriksaan latar belakang pembeli senjata, dan cabut kekebalan hukum bagi produsen senjata.

“Berapa banyak lagi pembantaian yang mau kita terima?” Katanya.

Seruan Presiden AS ini, bermula setelah adanya penembakan 10 orang di sebuah supermarket yang ada di New York, 19 anak-anak dan 2 guru tewas di sekolah dasar Robb di Texas, yang mana penembaknya merupakan remaja berusia 18 tahun dengan menggunakan senjata tipe AR-15.

Setelah penembakan massal di Texas, dilaporkan ada 20 penembakan massal lainya, termasuk penembakan 4 orang di Rumah Sakit St. Francis yang ada di Oklahoma, dengan penembak yang membunuh dirinya sendiri di tempat.

Tidak hanya itu, setelah Biden memberikan pidato mengenai larangan senjata, pihak berwenang melaporkan adanya penembakan lain, yakni penembakan di luar gereja di Lowa yang menewaskan 3 orang termasuk penembak.

Melihat semua penembakan massal yang terjadi secara beruntun, Biden menjadi lebih spesifik dalam jual beli dan larangan senjata di AS.

“Kita perlu melarang senjata serbu dan magasin berkapasitas tinggi, dan jika tidak bisa melarang senjata serbu, maka kita harus menaikkan usia pembelinya, dari 18 menjadi 21,” katanya.

Ia menambahkan, UU larangan senjata sebelumnya pernah disahkan pada 1994 dan berakhir pada 2004, yang disahkan oleh Partai Republik.

Setelah UU larangan senjata dicabut dan jual beli senjata kembali diizinkan, penembakan massal pun kembali meningkat tiga kali lipat.

“Mengapa dalam nama Tuhan, warga negara biasa dapat membeli senjata serbu yang menampung 300 peluru yang memungkinkan penembak massal menembakan ratusan peluru dalam hitungan menit?” tambahnya.

Pasalnya, senapan magasin berkapasitas tinggi seringkali dijadikan senjata pembunuhan massal, seperti yang terjadi di sekolah dasar Uvalde, Texas.

Selain mendesak pemeriksaan latar belakang pembeli senjata, dia juga membuat UU penyimpanan senjata yang mana pemilik memiliki tangung jawab tinggi terhadap senjata yang dimiliki.

Ia juga menambahkan, AS harus mencabut perisai kewajiban yang dapat melindungi produsen senjata, dari tuntutan kematian dan kehancuran yang terjadi akibat senjata mereka.

Tidak hanya dari pemilik dan produsen senjata, Biden juga menyerukan UU Red Flags bagi orang tua, guru, dan konselor, agar dapat memperingatkan pengadilan tentang adanya seorang anak, siswa, atau pasien, yang menunjukkan kecenderungan kekerasan, pengancaman, bunuh diri, atau melakukan hal berbahaya bagi diri sendiri atau orang lain.

Biden hanya tinggal menunggu kesepatakan Partai Republik di Kongres, mengenai upaya pelarangan senjata, karena telah berulang kali pihak oposisi menggagalkan upaya pelarangan senjata.

“Orang-orang Amerika tidak banyak meminta, mereka hanya ingin pergi ke toko kelontong, mengirim anak-anak ke sekolah, pergi ke gereja, dan berjalan-jalan tanpa ditembak jatuh. Jika senat tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar itu, negara ini berada dalam masalah besar,” kata John Feinblatt, Presiden Everytown for Gun Safety, yang menyambut baik pidato Presiden AS mengenai larangan senjata. (YC/L44)

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *