Lensa Terkini

Wow! Indonesia Berhasil Produksi Drone “Bunuh Diri”

Indonesia kini rupanya sudah sukses memproduksi pesawat tanpa awak alias drone, untuk misi bunuh diri atau drone kamikaze.

Hal itu terlihat dalam pameran industri pertahanan internasional terbesar se-Asia Tenggara, Indo Defence 2022, yang digelar di JI. Expo, Kemayoran, Jakarta 2-5 November lalu.

Diketahui sejak 2021, ada dua BUMN yang tengah mengembangkan drone kamikaze. Langkah ini dilakukan demi mendorong pengembangan dan produksi Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) dalam negeri.

Loitering Munition (LM) adalah pesawat tanpa awak untuk melakukan misi self destroyer dengan sistem loiter (berkeliling) di area sasaran, yang kemudian mencari target sebelum menyerang. Senjata ini biasanya digunakan untuk menyerang target-target yang memerlukan respons cepat ketika terdeteksi.

Minibe

Drone yang pertama ialah Minibe, yang merupakan drone tanpa awak buatan PT Pindad (Persero). Drone yang masih dalam tahap optimasi ini telah dikembangkan sejak 2021 lalu.

“Dia bisa terbang sendiri, bisa diangkut oleh (drone misil) dan juga bisa swarming. Swarming itu dia kayak lebah gitu konsepnya, jadi ada beberapa untuk dia menghancurkan satu area,” kata Senior Officer Pengembangan Produk dan Proses Munisi PT Pindad, Saraswaty di Indo Defence 2022 di JI. Expo Kemayoran, Jakarta, dikutip pada Senin (7/11).

Drone ini hasil kerja sama dari PT Pindad dan salah satu startup lokal Bandung yaitu BETA yang diproduksi di Bandung. Saraswati mengatakan, pihaknya telah melakukan uji terbang dan saat ini tengah melakukan optimasi.

“Kamikaze drone itu sistemnya seperti misil, karena di dalamnya drone atau warhead-nya kita bisa tambahkan explosive,” kata Saraswaty.

Kekuatan daya ledak dari drone ini tergantung dari isian bahan peledak yang dimasukkan. Namun, maksimal saat ini diisi sebanyak 0,8 kg TNT atau RDX. Minibe juga memiliki kemampuan jarak terbang mencapai 25 km dengan kecepatan 250 km per jam.

Selain itu, Saraswaty juga menjelaskan, jika drone ini juga bisa dikawinkan dengan Weaponized Drone Multifunction yang bernama Ruppell Bomber. Drone ini bisa digunakan untuk target ammunition dropping hingga mengangkut kamikaze drone.

Namun, sampai saat ini drone yang dibuat oleh PT Pindad tersebut masih dalam tahapan pengembangan sehingga belum bisa dijual dalam gelaran pameran Indo Defence 2022.

“Sekarang masih tahap prototipe setelah lebih baik kita masuk ke tahap selanjutnya. Baru sertifikasi untuk dijual,” katanya.

Rajata

Produk kedua datang dari PT Dahana (Persero) yaitu Rajata. Senior Officer PT Dahana, Andi, menjelaskan bahwa Rajata menggunakan propeller. Setelah diluncurkan ke atas, propeller inilah yang akan mengarahkannya ke sasaran.

“Jadi kalau ini set ke sasarannya itu lewat GPS. Jadi sebelum diluncurkan, di set dulu targetnya, dan range-nya ini kurang lebih 30 km, kecepatan maksimal 200 km/jam,” kata Andi.

Rajata merupakan drone yang sudah dikembangkan sejak 2021 lalu di Bandung hasil kerjama Dahana dengan perusahaan lokal yaitu PT Aero Terra.

Dahana sendiri merupakan perusahaan di bidang bahan berenergi tinggi, yang pada Indo Defence 2022 turut memamerkan berbagai produk pertahanannya, mulai dari roket dan kendaraan peluncurnya, bom pesawat tempur, senjata lawan tank, manpads, hingga drone pintar bunuh diri bernama Rajata.

Rajata merupakan teknologi baru dan pertama di Asia Tenggara, yang dapat dibekali warhead asap maupun warhead live (bahan peledak).

Targetnya adalah sasaran tidak bergerak, di mana target dapat dikunci dari jarak jauh. Teknologinya juga memungkinkan personel yang menggunakan Rajata dapat menghancurkan target tanpa diketahui musuh.

“Rajata dapat menjadi salah satu alternatif solusi penggunaan rudal karena nilainya yang lebih ekonomis, serta memiliki tingkat akurasi yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan roket,” kata Direktur Teknologi dan Pengembangan PT Dahana, Suhendra Yusuf.

Dengan kemampuan mengerikannya, Rajata tentu sangat berpotensi untuk digunakan di seluruh matra pertahanan TNI, seperti penggunaan pleton matra darat di tiap perbatasan Indonesia, pada kapal laut milik TNI AL, ataupun pada pesawat TNI AU sebagai senjata.

Rajata nantinya akan bersaing dengan Loitering Munition lain, seperti Kalashnikov milik Rusia, Wormate Polandia, Switchblade Amerika dan Hero-30 Israel.

Nama Rajata sendiri diambil dari bahasa sansekerta yang bermakna penghancur.

Meski kedua drone “bunuh diri” ini masih dalam tahap pengembangan, segera setelah optimasi dan pengujiannya selesai, Minibe dan Rajata rencananya akan diproduksi secara masal. (AM/L44)

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *