Tiga Orang Tewas Akibat Banjir dan Longsor di Lumajang, Ternyata Satu Keluarga
Bencana banjir lahar dingin yang menyebabkan sejumlah jembatan putus dan tanah longsor yang terjadi di Lumajang, Jawa Timur mengakibatkan timbulnya korban jiwa. Setidaknya ada tiga korban meninggal yang diketahui adalah satu keluarga.
Dilansir dari berbagai sumber, ketiga korban tersebut merupakan ayah (GAP), ibu (CA) dan anak (GNP) warga Dusun Sriti RT 06 RW 03 Desa Sumberurip, Kecamatan Pronojiwo, Lumajang. Kini, ketiganya sudah berhasil dievakuasi oleh pihak setempat.
Sementara, banjir lahar dingin yang berasal dari Gunung Semeru mengakibatkan beberapa jembatan putus. Di antaranya jembatan penghubung Desa Tumpeng dan Desa Kloposawit dalam kondisi terputus total, jembatan gantung Kali Regoyo dalam kondisi kerusakan parah, Jembatan Limpas Kaliputih dan jembatan di perbatasan Lumajang-Malang dengan kondisi terputus total.
Selain itu, longsor terparah juga terjadi di jalur Piket Nol, tepatnya di KM 58 Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro.
Bencana tersebut mengakibatkan arus lalu lintas di area tersebut terpaksa ditutup untuk sementara waktu.
“Longsor terjadi di sekitaran Jembatan Perak, tepatnya KM 58. Roda dua dan empat belum bisa melewati,” kata Nur Cahyo, personel Pusdalops BPBD Kabupaten Lumajang dalam keterangan resminya, dikutip pada Sabtu (8/7).
Banjir lahar dingin yang mendadak mengguyur Lumajang itu bahkan sempat terbaca getarannya sebanyak empat kali oleh seismograf.
Berdasarkan laporan Pos Pengamatan Gunung Api Semeru, getaran banjir lahar dingin Gunung Semeru terdeteksi pada pukul 00.00 hingga 24.00 pada Jumat (7/7) kemarin, dengan amplitudo 28-40 mm dan lama getaran 20.700-21.600 atau sekitar 5-6 jam.
Bukan itu saja, selama 24 jam, terdeteksi pula sebanyak 57 kali gempa erupsi dengan amplitudo 12-22 mm dan lama gempa 45-155 detik. Lalu disusul dengan sembilan kali gempa guguran beramplitudo 4-13 mm selama 37-62 detik. (AKM/L44)